NTT sudah serap separo target KUR

Rabu, 11 Mei 2016 | 10:00 WIB Sumber: Antara
NTT sudah serap separo target KUR


KUPANG. Penyerapan dana kredit usaha rakyat di Nusa Tenggara Timur mencapai lebih dari Rp 768 miliar selama kuartal pertama hingga akhir Maret 2016. Penyaluran KUR ini sudah lebih dari separo target keseluruhan Rp 1,39 triliun.

"Capaian ini sangat bagus karena sudah 50% dari total target 2016 ini," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Timur Winter Marbun kepada Antara di Kupang, Rabu (11/5).

Dia menyebutkan terdapat tiga bidang KUR masing-masing Kredit Usaha Rakyat mikro, KUR ritel dan KUR untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Namun di NTT hanya ditawarkan dua jenis yaitu KUR mikro dan ritel. "Sementara untuk KUR TKI di NTT tidak ada karena tidak ada bank penyalurnya," kata Winter.

Untuk KUR Mikro, realisasi sudah mencapai Rp 516,8 miliar dari target Rp 1,05 triliun. Sementara untuk KUR Ritel telah mencapai Rp 252 miliar dari target Rp 345,5 miliar.

Hanya ada empat penyalur KUR di kawasan ini yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (Bank BNI), Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah NTT milik pemerintah daerah. 

Bunga KUR yang ditawarkan hanya 9% per tahun, jauh lebih rendah ketimbang rata-rata kredit komersil bank yang mencapai 16%-20% per tahun.

Karena ini merupakan kebijakan bantuan bagi usaha kecil, maka yang harus mengaksesnya adalah pemilik usaha sebenarnya. Selain itu penerima juga tidak mendapat lebih dari satu kali bantuan untuk program sejenis.

"Kami hanya mengantisipasi penerima ganda dari program sejenis seperti program pemerintah lain yaitu dana pemberdayaan ekonomi dan Desa Mandiri Anggur Merah. Tidak boleh dobel karena menyulitkan pengembalian kreditnya," katanya.

Meski sudah sampai 50% dana diserap, penyaluran KUR masih sangat belum merata, karena akses bank penyalur belum menjangkau pelosok daerah berkarater kepulauan ini.

Terhadap hal ini, OJK telah mendorong bank penyalur untuk memanfaatkan agen di daerah untuk melaksanakan penyaluran. "Jadi tidak perlu membangun kantor baru dan merekrut personel," katanya.

Dia juga mengatakan, serapan KUR masih terbatas dan didominasi oleh usaha kecil di sektor hilir seperti pedagang, industri rumahan dan pengrajin, karena dinilai memiliki risiko yang paling kecil dan tidak bergantung dengan alam.

Untuk usah mikro di sektor hulu seperti pertanian, perikanan dan peternakan, sangat berisiko tinggi karena usahanya sangat bergantung dengan alam.

"Misalnya nelayan sangat bergantung dengan cuaca di laut. Jika bersahabat bisa melaut namun jika badai berhenti melaut karena itu akan sulit mengangsur kreditnya," kata Winter.

Kendati begitu, OJK terus mendorong bank penyalur untuk juga terus membantu usaha mikro di sektor hulu itu agar bisa mendapatkan dorongan dan tambahan modal mengembangkan usahanya menjadi lebih produktif untuk kepentingan peningkatan kesejahteraannya.

"Itu tergetnya agar seluruh warga bisa maju dan sejahtera diawali dengan peningkatan usaha produktifnya," kata Winter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru