KOLAKA. Pedagang daging yang ada di pasar sentral Mekongga, Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara mengaku tidak akan menurunkan harga daging ke harga Rp 80.000 seperti yang diiginkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka malah berencana menaikkan harga dari harga jual yang saat ini Rp 100.000 per kilogram.
Menurut para pedagang, ada alasan yang sangat jelas untuk menolak keinginan presiden tersebut.
"Sangat tidak mungkin kami turunkan harga daging menjadi Rp 80.000 karena jual dengan harga Rp 100.000 per kilogram saja kadang kami rugi. Jadi saat ini ada rencana untuk menaikkan harga kembali ke Rp 120.000 per kilogram. Harga itu pernah kami pakai," kata Noni, salah satu pedagang daging dipasar sentral Mekonga, Kamis (9/6).
Dia juga menambahkan meskipun harga daging naik menjadi Rp 120.000 per kilogram tidak ada pembeli yang komplain.
"Selama ramai diberitakan harga daging mau turun, kami tidak pernah dapat komplain dari pembeli. Jadi sebenarnya orang di Kolaka ini sudah tahu kalau harga sapi mahal. Jadi tidak ada masalah kalau mereka membeli di atas harga Rp 100.000 per kilogram," ujar dia.
Tingginya harga jual sapi potong kepada penjual daging disebabkan banyaknya pembeli dari Kalimantan yang menyisir lokasi ternak sapi warga.
"Coba tidak banyak pembeli sapi dari luar Kolaka, contohnya Kalimantan, pasti harga sapi murah. Kalau harga sapi murah pastilah harga daging yang kita jual juga murah. Kalau mau turun harga telusuri dulu sebabnya," ucapnya.
Selain Noni, pedagang lain bernama Hamzah juga menilai keinginan Jokowi untuk menurunkan harga daging sulit untuk tercapai.
"Pasti sulit. Kondisi tiap daerah itu berbeda. Kalau di Sulawesi belum tentu turun. Banyak faktor yang pengaruhi. Jadi kami memag lihat di berita kalau beliau maunya harga daging hanya Rp 80.000 per kilogram. Tapi apakah beliau juga tahu kalau harga segitu kami rugi?" tambahnya.
Hamzah lalu menjelaskan dengan uang Rp 7.000.000 mereka hanya bisa membeli sapi potong dengan berat 30 kg sampai 40 kg. "Sudah jelas hitungannya toh, beli sapi Rp 7.000.000 dengan berat segitu lalu jual seperti mau pak presiden. Pasti rugi toh," katanya.
Sementara itu salah seorang pembeli daging, Nas mengaku paham akan kondisi harga daging di Kolaka kenapa bisa mahal.
"Jangan ikuti di pulau Jawa. Di sana sangat padat dan banyak spekulan. Kondisi daerah juga berbeda. Di sini kami beli dengan harga lebih Rp 100.000 karena memang sapi potong sudah susah dan mahal. Jadi tidak ada pengaruhnya instruksi presiden itu," katanya. (Suparman Sultan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News