Peminat Kawasan Industri Terpadu Batang Tetap Tinggi di Tengah Isu Resesi Global

Senin, 28 November 2022 | 16:09 WIB   Reporter: Arfyana Citra Rahayu
Peminat Kawasan Industri Terpadu Batang Tetap Tinggi di Tengah Isu Resesi Global

Direktur Utama Danareksa, Arisudono Soerono (kiri) bersama Direktur Investasi Danareksa, Chris Soemijantoro di Surakarta, Senin (28/11).


KAWASAN INDUSTRI - SURAKARTA. PT Danareksa mengemukakan minat investasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang tetap ramai meskipun makro ekonomi global diterpa ancaman resesi di tahun depan. 

Sebagai informasi saja, 51,09% saham KIT Batang dimiliki oleh PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW). Adapun KIW merupakan kawasan yang dimiliki dan dikelola oleh Danareksa dan pemerintah daerah Jawa Tengah dan Cilacap. 

Pada 2021, pembangunan fase 1 seluas 450 hektar (Ha) sudah selesai 100%  dan telah habis terjual kepada investor. Terdapat 11 perusahaan yang sudah melakukan tanda tangan persetujuan (agreement sign) sebagai tenant KIT Batang di lokasi fase 1 tersebut.

Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) Mulai Bangun Infrastruktur Gas Bumi KIT Batang

Kemudian di fase 2, KIT Batang akan melanjutkan pengembangan di atas lahan seluas 2.650 Ha di mana rencananya akan menggarap 1.000 Ha terlebih dahulu. 

Direktur Investasi Danareksa, Chris Soemijantoro menjelaskan, di tahap fase 2 yang seluas 1.000 Ha ini akan dikembangkan 400 Ha dahulu dan ini sudah penuh. 

“Tetapi pengembangan 600 Ha sisanya membutuhkan biaya yang tidak murah karena membuka lahan butuh uang. Nah, di sinilah tugas Danareksa untuk membantu KIT Batang,” jelasnya dalam Media Gathering Danareksa di Surakarta, Senin (28/11). 

Selain pendampingan dari sisi keuangan, Danareksa juga bertugas untuk mempersiapkan konsultan desain. Menurutnya, desain yang dibutuhkan untuk KIT Batang cukup rumit karena mengampu sejumlah sektor industri. 

Di tengah ancaman isu resesi global yang diprediksi akan terjadi di 2023, Chris mengatakan, hal ini tidak terlalu berpengaruh pada minat investasi di KIT Batang. 

Baca Juga: Pembangunan Infrastruktur Gas Dimulai, KITB Siap Penuhi Kebutuhan Tenant

“Peminat kawasan industri Batang masih sangat tinggi. Tetapi yang perlu diperhatikan sesuai arah Kementerian BUMN sebaiknya mencari tenant yang memberikan nilai tambah, bukan basic industry,” jelasnya. 

Chris juga yakin, pihaknya dapat mengejar target pemerintah yakni menjelang 2024 minimal 50% dari 4.300 Ha KIT Batang sudah terisi penuh. Dia bilang, manajemen KIT Batang yakin bisa melaksanakan tugasnya untuk mencari tenant yang berkualitas. 

Direktur Utama Danareksa, Arisudono Soerono menjelaskan, secara makro ekonomi banyak investasi jangka panjang yang masuk ke Indonesia. Memang benar, dari catatan Kontan.co.id, Kementerian Investasi melaporkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal III 2022 mencapai Rp 168,9 triliun tertinggi sepanjang sejarah.

Ari menyampaikan, naiknya investasi asing ke Tanah Air ini juga turut dirasakan oleh Danareksa. Menurutnya, masifnya program hilirisasi industri berdampak pada naiknya minat investor yang masuk ke Indonesia. 

“Kalau investasi pada peralatan ditanam di tanah Indonesia, ini kan angkut barang balik ke negerinya susah. itu yang mau kami kejar,” terangnya. 

Direktur Utama KIT Batang, Ngurah Wirawan pernah menyampaikan segera memulai pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur pendukung untuk fase 2 yang juga telah dinantikan oleh 220 calon investor potensial yang telah menyampaikan minatnya. 

Baca Juga: Minat Investor Tinggi, Lahan KIT Batang Fase Pertama Ludes Terjual

“Ada 17 perusahaan potensial yang telah mengirimkan penawaran investasi dengan total luas lahan mencapai 991 ha,” ungkapnya beberapa Oktober 2022 yang lalu. 

Sebagai tambahan informasi, menurut data Kementerian Perindustrian total investasi yang sudah masuk pada fase 1 KIT Batang sekitar US$ 321 juta. Target penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.000 orang. 

Adapun investor tersebut berasal dari berbagai negara, diantaranya Korea, India, Taiwan, dan Belanda. Sektor industrinya meliputi manufaktur kaca, keramik, pipa, alat kesehatan hingga baterai untuk electric vehicle (EV).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru