KOBA. Banyak para penambang bijih timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbelit utang karena biaya operasional tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Tamrin, seorang warga Bangka Tengah menceritakan, tidak sedikit penambang bijih timah di daerah itu yang tumbang dan harus menanggung utang karena hasil yang diperoleh jauh lebih sedkit dibanding biaya operasional yang dikeluarkan.
"Bisa dibayangkan untuk mengeruk bijih timah di dalam bumi ini mereka terkadang harus "ngutang" dulu untuk biaya operasional yang jumlahnya mencapai puluhan juta dan bahkan ratusan juta," ujarnya pada Antara, Senin (31/10).
Ia merinci, untuk satu hari itu minimal para penambang itu harus mengeluarkan biaya mencapai Rp 1 juta lebih untuk membeli BBM dan biaya makan anak buah.
"Satu pron (ponton pengeruk bijih timah) butuh biaya per hari mencapai jutaan rupiah, sementara hasil yang didapat kadang-kadang hanya 5 sampai 10 kilo per hari, tentu ini masih tekor dibanding biaya yang sudah dikeluarkan," ujarnya.
Jika kondisi demikian terus dilanjutkan, kata dia, maka memicu menumpuknya utang untuk biaya operasional dan kalau itu terjadi tiga bulan saja maka sudah pasti penambang itu dililit utang.
"Saya pernah mengalami itu, maka saya berhenti menambang dan saya juga banyak mendengar keluhan dari penambang lain yang dililit utang," ujarnya.
Herman, warga yang lain juga menceritakan ada sebagian penambang harus menjual rumah dan benda berharga lainnya untuk menutup utang karena "kalah bermain timah".
"Ada yang pernah berhasil dapatkan timah banyak, hingga berhasil juga beli rumah dan mobil. Kemudian terpicu hingga menurunkan mesin lebih besar dan biaya operasional besar pula, tetapi malah tumbang hingga akhirnya rumah dan mobil kembali terjual untuk menutup utang," ujarnya.
Namun yang lebih miris lagi, kata dia, ada penambang yang terus merugi hingga banyak benda berharga yang terjual untuk menutup utang.
"Kalau pendapat saya menambang timah ini seperti berjudi, penuh spekulasi karena kita belum tahu ada atau tidak timah di dalam bumi sementara uang cukup banyak sudah dikeluarkan lebih dulu untuk biaya operasional menambang. Kalau nasib beruntung, timah didapat banyak tetapi kalau lagi "apes" produksi minim sementara biaya yang dikeluarkan cukup besar, ini yang mimicu menumpuknya utang," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News