JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut pemberian gaji pengemudi atau sopir transjakarta sebesar 2-3 kali nilai upah minimum provinsi (UMP) DKI untuk bus single. Sementara untuk transjakarta bus gandeng, operator harus mampu membayar gaji sebesar 3,5 kali nilai UMP.
"Itu syarat mutlak. Kalau enggak mau, ya putus kontrak," kata Basuki, di Balai Kota, Kamis (4/6).
Basuki mengatakan, PT Jakarta Mega Trans (JMT) yang menjadi operator transjakarta Koridor V (PGC-Ancol) dan Koridor VII (PGC-Harmoni) terikat dengan kontrak lama. Sehingga, mereka berani untuk menyatakan tidak sanggup membayar gaji hingga 3,5 kali UMP kepada sopir transjakarta.
Di dalam kontrak lama, lanjut Basuki, tidak dicantumkan beberapa pasal. Pertama adalah pasal yang menyebutkan jika transjakarta operator yang bersangkutan mogok beroperasi, PT Transjakarta akan mengambil alih. Kedua, tidak ada pasal yang mengatur pembayaran gaji sopir transjakarta sebesar 2-3,5 kali UMP atau sekitar Rp 5-8 juta tiap bulannya.
"Kami ingin kontrak yang baru, begitu Anda (operator) mogok, kami akan mengambil alih bus Anda. Begitu operator menyatakan tidak sanggup mengoperasikan bus, maka PT Transjakarta akan mengambil alih lalu kami akan menyediakan sopir, kami tidak akan membayar Anda sampai anda sanggup mengoperasikan kembali," kata Basuki.
Selain pengadaan bus baru, operator yang menyepakati kontrak baru dengan PT Transjakarta harus melengkapi fasilitas bus dengan GPS dan CCTV di dalamnya. Tahun ini, lanjut dia, PT Transjakarta akan terus membeli unit bus transjakarta baru dengan karoseri lokal. Produsen Hino, kata dia, 80-90 persen komponennya sudah lokal.
"Hino bilang mesti butuh waktu dua tahun untuk bikin chassis gas, saya bilang untuk sementara DKI beli bus yang (bahan bakar) diesel saja. Toh mesin diesel sekarang sudah euro 3 euro 5, baru pelan-pelan kami ganti gas, toh SPBG-nya belum siap," kata Basuki.
Dari Senin (1/6/2015) hingga Rabu (3/6/2015) kemarin, sopir transjakarta yang berada di bawah naungan PT JMT kembali melakukan aksi mogok operasi di pul Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Sebab, tuntutan mereka terkait peningkatan kesejahteraan dan kenaikan gaji belum dipenuhi oleh jajaran direksi.
Pertemuan pun digelar antara pengemudi dan jajaran direksi. Sayang, pertemuan tidak menghasilkan apa-apa. Direktur Operasional JMT June Tambunan mengatakan, pihaknya tidak dapat memenuhi tuntutan para pengemudi karena terlampau tinggi. Selain itu, mereka mengaku masih terikat perjanjian lama sehingga tidak bisa memenuhi permintaan sopir transjakarta. (Kurnia Sari Aziza)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News