Pilkada Jawa Timur: Tiga aspek kampanye yang patut dicermati paslon

Minggu, 28 Januari 2018 | 15:00 WIB   Reporter: Sinar Putri S.Utami
Pilkada Jawa Timur: Tiga aspek kampanye yang patut dicermati paslon


 

PILKADA - JAKARTA. Pemilihan Gubernur Jawa Timur selalu menjadi yang terseru. Pasalnya, provinsi ini memiliki tipe pemilih yang beragam mulai dari nasionalis hingga religius.

Apalagi luas wilayahnya yang terluas di antara enam provinsi di Pulau Jawa, cukup menarik untuk diikuti. Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) nanti, Jawa Timur memiliki dua pasangan calon (paslon).

Pertama, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto. Kedua Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno. Persaingan keduanya kerap dinilai sangat kompetitif dan dinamis.

Khofifah, mantan Kementerian Sosial saat pemerintahan Jokowi dipasangkan oleh Emil yang seorang politikus, penyanyi, dan eksekutif muda. Terakhir, Emil menjabat sebagai Bupati Trenggalek sejak 17 Februari 2016. Adapun pasangan ini diusung oleh parpol PPP, Golkar, Hanura, PAN, Nasdem, dan Demokrat.

Sementara, Gus Ipul sapaan Saifullah Yusuf merupakan Wakil Gubernur Jawa Timur dua periode 2008-2013 dan 2013-2018. Serta pasangannya, Puti Guntur Soekarno merupakan cucu sang proklamator dan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Ia menggantikan Bupati Banyuwangi Azwar Anas yang sebelumnya memutuskan mundur. Pasangan ini sendiri diusung parpol PKS, Gerindra, PDIP, dan PKB.

Terkait komposisi masing-masing paslon, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago perlu memperhatikan pendekatan kepada para pemilih. Pasalnya Jatim merupakan daerah dengan tipe pemilih yang unik mulai berbasis nasional hingga religius.

"Seperti diketahui, garis Nahdatul Ulama (NU) masih sangat kental," ungkapnya kepada KONTAN, belum lama ini. Maka tak heran jika, ada dua tokoh NU yang ikut dalam Pemilu Jatim yakni Gus Ipul dan Khofifah. Diketahui, Gus Ipul merupakan salah satu Ketua PBNU, dan Khofifah sebagai Ketua Umum PP Muslimat.

Namun begitu, Pangi bilang, keterikatan dengan ulama bukan lagi patokan kemenangan. Hal itu seiring dengan mulai berkembangnya pola pikir, terutama bagi kaum milenial sebagai pemilih baru.

Kendati demikian, Pangi menilai kedudukan keduanya masih berimbang. Sebab, masing-masing memiliki figur perempuan yang bisa mendulang suara bagi ibu-ibu. Hal yang sama juga diutarakan pengamat komunikasi politik Hendri Satrio yang menilai kehadiran Puti Guntur dapat memecah suara perempuan yang awalnya dominan ke Khofifah.

Apalagi, Puti yang merupakan anak dari Guntur Soekarnoputra itu memberi isyarat anak-anak Soekarno mulai merapatkan barisan melalui para cucu-cucunya. Karenanya, lanjut Hendri, kubu Khofifah-Emil perlu waspada dan tak boleh lengah.

Meski begitu, Pangi berpendapat, Khofifah lebih mudah untuk mengatur strategi kampanye karena, lawannya (Gus Ipul) merupakan pelaku pemerintah Jatim dalam lima tahun terakhir. "Biasanya sang penantang (Khofifah) akan lebih mudah mencari kelemahan dengan mengkritik kebijakan sekarang dan menawarkan solusi baru sebagai modal kampanyenya, ini yang menjadikan posisi Gus Ipul agak berat," tambahnya.

Belum lagi, elektabilitas Khofifah yang masih kuat sebagai mantan Menteri Sosial. Sementara, Gus Ipul yang hanya Wakil Gubernur tidak memiliki peran lebih dalam terhadap setiap kebijakan. Selain itu, tambah Hendri posisi Gus Ipul makin sulit lantaran Gubernur Jatim saat ini Soekarwo justru mendukung Khofifah.

"Akan seru di Jatim, peluangnya masih 50:50," katanya. Di sisi lain, Hendri bilang, setidaknya ada tiga hal yang patut diperhatikan para paslon dalam kampanye yakni, peningkatan daya beli, lapangan kerja, dan infrastruktur.

Ketiga itu merupakan pelumas mesin ekonomi Jatim. Mengingat, Jatim merupakan wilayah terbesar dan populasinya terbanyak kedua di Pulau Jawa. Apalagi Jatim merupakan penyumbang APBN terbesar dari cukai rokok dan tembakau.

Terlepas dari itu, Pilkada Jatim ini sangat berpotensi menjadi gambaran koalisi yang akan terjadi di Pemilihan Presiden 2019. "Karena, jagoannya Jokowi, Khofifah berhadapan dengan jagoan koalisi PDIP. Apalagi kedekatan Jokowi dan Golkar saat ini menjadi alasan kuat," tutup Hendri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini

Terbaru