SEMARANG. Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah mengakui, tidak mudah menekan angka backlog atau kebutuhan perumahan sederhana di Jateng. Kesulitan memperoleh lahan merupakan salah satu penyebab utama.
"Untuk memperoleh lahan yang harganya sesuai dengan harga jual rumah sederhana tidak mudah," kata Wakil Ketua REI Jawa Tengah Bidang Perumahan Sederhana Andi Kurniawan di Semarang, Senin (11/4).
Terutama di kota-kota besar, lahan dengan harga yang rendah sudah tidak lagi dapat diperoleh dengan mudah. Bahkan, saat ini untuk Kota Semarang hanya ada satu pengembang yang masih membangun rumah sederhana yaitu Wisata Hati yang berada di Kecamatan Genuk.
Untuk diketahui, saat ini angka backlog rumah sederhana di seluruh Indonesia mencapai 13 juta unit. Sebanyak 10% di antaranya, khusus backlog di Jawa Tengah.
"Kami sendiri merasakan, menekan angka backlog ini sulit karena antara produksi dengan permintaan tidak seimbang. Di satu sisi produksi terhambat salah satunya karena lahan tetapi di sisi lain permintaan terus mengalir dari masyarakat," katanya.
Selain lahan, yang menjadi hambatan lain pada pembangunan rumah sederhana ini salah satunya adalah masalah regulasi perizinan. Menurut dia, yang menyulitkan adalah Perda Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di setiap kabupaten/kota tidak seragam.
"Masing-masing daerah memiliki kebijakan sendiri, ada yang mudah ada juga yang agak rumit. Ini tentu menyulitkan para pengembang," katanya.
Sebagai contoh, ada daerah yang mematok untuk pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebesar Rp 2,5 juta per unit, padahal idealnya adalah Rp 200.000 - Rp 500.000 per unit.
Terkait hal itu, pihaknya berharap adanya dukungan dari Pemerintah Daerah. Dengan adanya keseragaman regulasi, pihaknya akan lebih mudah memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang menjadi segmentasi pasar dari rumah sederhana ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News