PERTANIAN - JAKARTA. Perubahan iklim berdampak langsung dan tidak langsung pada sistem produksi pertanian. Efeknya terlihat pada perubahan suhu dan curah hujan yang mempengaruhi penyerbuk, hama, vektor penyakit, dan spesies invasif.
Merespons perubahan iklim, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor menggelar webinar internasional bertema "Creating Animal and Plant Health Protection Innovation for Food Self-Sufficiency in a Current Change of Climate" sebagai bagian dari Dies Natalis ke-6 pada Kamis (25/7).
Webinar ini menggunakan pendekatan Triple Helix untuk mendalami inovasi perlindungan hewan dan tumbuhan.
Baca Juga: Ada Virus Mematikan, Ekspor Ayam dari Brasil Dihentikan
Direktur Polbangtan Bogor, Yoyon Haryanto, menyatakan setiap tahun pihaknya mendatangkan narasumber internasional untuk berbagi pengetahuan terkait isu pertanian terkini.
"Keynote speaker tahun ini, Wisnu Wasisa Putra, Plt. Deputi Bidang Karantina Hewan, membahas kebijakan biosekuriti hewan dan tumbuhan Indonesia," dalam siaran pers Jumat (26/7).
Webinar ini terbagi dalam dua sesi panel. Sesi pertama menghadirkan Kim Jeong Man dari International Horticulture Institute, Korea Selatan, yang membahas "Smart Agriculture Supporting Food Security", Damayanti Buchori dari IPB University mengenai "Present and Future Plant Protection Innovation in the Current Change of Climate", dan Rachmat dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Arifin Tasrif, dosen Polbangtan Bogor, menyatakan kebanggaannya atas capaian Polbangtan dalam menyelenggarakan webinar internasional secara kontinu. Ia berharap Polbangtan Bogor dapat mempertahankan prestasi ini.
Baca Juga: Memetik Hikmah Ekonomi Idul Kurban
Arifin menambahkan bahwa webinar ini bertujuan menjawab tantangan perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Paparan para pakar diharapkan dapat menambah wawasan civitas akademika Polbangtan Bogor dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan vokasi, mendiseminasikan kebijakan pemerintah, dan mendorong inovasi dalam pengelolaan hama dan penyakit hewan secara bijaksana dan berkelanjutan.
Inovasi pengendalian Potato Late Blight (PLB) mencakup penggunaan varietas tahan, pemantauan dan prediksi penyakit, praktik pertanian terpadu, penggunaan biopestisida, teknologi pengendalian berbasis nanoteknologi, pengembangan mikroba tanah, dan fungisida.
Baca Juga: Mendorong Pemerintah Membangun Pabrik Susu Rakyat
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya kesiapan menghadapi tantangan ini tanpa mengurangi produksi pangan.
Sementara itu, Plt Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menekankan perlunya langkah-langkah spesifik yang disesuaikan dengan kondisi lokal untuk membuat sistem pertanian lebih tangguh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News