Rumah.com: Hunian di Area Bandung Timur dan Selatan Makin Prospektif

Kamis, 30 Juni 2022 | 20:17 WIB   Reporter: Amalia Nur Fitri
Rumah.com: Hunian di Area Bandung Timur dan Selatan Makin Prospektif

ILUSTRASI. Kompleks perumahan baru di Bandung


INDUSTRI PROPERTI - JAKARTA. Rumah.com menjelaskan bahwa pesatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pasca pandemi termasuk kenaikan konsumsi masyarakat masih belum diikuti oleh sektor properti khususnya di wilayah Bandung.

Tercemin dari tren indeks harga maupun indeks suplai properti masih sangat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan.

Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyampaikan data Rumah.com Indonesia Property Market Index Kuartal I 2022 yang menunjukkan bahwa area Buah Batu yang berada di kawasan Bandung Timur merupakan wilayah yang mengalami pertumbuhan paling pesat secara tahunan baik dari sisi permintaan maupun suplai propertinya.

Sementara indeks properti harga area Buah Batu justru sedang mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada kuartal I 2022 mencapai 5,61% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,01% secara tahunan.

Tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat menunjukkan adanya kenaikan ekspor, investasi, maupun konsumsi masyarakat.

"Indeks harga properti Buah Batu mengalami penurunan sebesar 0,6% secara kuartalan dan sebesar 2,7% secara tahunan," jelas Marine dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (30/6).

Baca Juga: Wajah Baru Kota Wisata Cibubur Hadirkan Sederet Fasilitas Unggulan dalam Satu Kawasan

Sementara indeks suplai properti Buah Batu mengalami penurunan sebesar 4,3% secara kuartalan namun mengalami kenaikan sebesar 4,3% secara tahunan. Sedangkan indeks permintaan properti Buah Batu cenderung mengalami kenaikan yaitu sebesar 8,2% secara kuartalan dan 6,2% secara tahunan.

Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) tersebut memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia.

Pasalnya, merupakan hasil analisis dari 700.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Sementara di dua area lainnya di wilayah Bandung Timur, tren indeks permintaan properti cenderung mengalami penurunan sangat tajam. Area Gedebage mengalami penurunan permintaan sebesar 0,4% secara kuartalan dan 26,9% secara tahunan.

Sedangkan area Cileunyi juga mengalami penurunan permintaan sebesar 7,5% secara kuartalan dan 36,1% secara tahunan.

Menurut data Rumah.com, wilayah yang prospektif adalah Cileunyi. Lokasinya yang sudah berada di luar kota Bandung sehingga harganya relatif jauh di bawah daerah Bandung yang lain sepanjang jalur Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi). Dengan pesatnya pembangunan di Bandung Timur bukan tidak mungkin area ini justru akan berkembang di masa depan.

Dari semua area tersebut, kawasan Gedebage memiliki median harga yang paling tinggi, namun itupun masih bisa tumbuh karena kenaikan harga masih terjadi dengan ditopang oleh adanya kenaikan permintaan.

Sementara itu area Pasteur yang selama ini popular sebagai gerbang keluar masuk kota Bandung sepertinya mulai mengalami kejenuhan.

"Investor yang selama ini mengincar area Pasteur bisa menunggu untuk masuk di titik yang lebih optimal. Di sisi lain, warga Bandung yang mencari hunian pertama bisa melirik area Kopo karena berada di luar radar banyak pencari rumah yang lain. Kehadiran tol Soroja dan pembangunan flyover dapat mengurangi kemacetan di area Kopo," jelasnya.

Baca Juga: Rahasia Bisa Punya Rumah, Cari KPR Bunga Rendah dan Tenor Fleksibel

Dinamika properti di kota Bandung dan sekitarnya sangat menarik untuk diikuti seiring pesatnya pembangunan infrastruktur transportasi. Tol Purbaleunyi terhubung dengan Tol Soroja dan akan mulai terhubung juga dengan Tol Cisumdawu.

Tol Soroja menghubungkan kota Bandung dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung di Soreang sekaligus memudahkan akses ke area wisata dan perkebunan Ciwidey dan sekitarnya.

Sementara Tol Cisumdawu menghubungkan kota Bandung dengan kota Sumedang dan nantinya akan memudahkan akses ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka.

Selain kedua tol ini, pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan stasiun di Padalarang dan stasiun akhir di Tegalluar juga tentu sedikit banyak akan ada efeknya terhadap industri properti.

Sedangkan rencana Jalan Tol Getaci yang akan mulai dibangun di akhir 2022 nanti diperkirakan juga akan bisa mendorong prospek industri properti kawasan sepanjang lintasan Tol Getaci sehingga kemungkinan bisa mengembalikan minat ke properti di area Gedebage.

Jalan tol Getaci tersebut akan bisa menjadi opsi akses transportasi mengingat area Priangan Timur dan Jawa Barat bagian Selatan selama ini akses infrastrukturnya tidak sebaik daerah lain di pulau Jawa.

Menurut Marine, wilayah Bandung Timur dan Selatan saat ini menjadi area yang prospektif bagi para pencari hunian. Selain itu lokasinya terkoneksi dengan berbagai akses jalan tol.

Dengan indeks harga yang trennya belum mengalami kenaikan secara signifikan sementara indeks suplai sedang mengalami penurunan merupakan kesempatan yang bagus bagi pencari hunian yang membutuhkan dan sudah siap untuk melakukan pembelian.

Apalagi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 3,5% pada Juni 2022.

Baca Juga: Agung Podomoro Land (APLN) Optimistis Kinerjanya Membaik

Suku bunga acuan 3,5% adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia dan telah dipertahankan dalam level ini selama 16 bulan terakhir.

Sementara suku bunga kredit pemilikan hunian juga sedang mengalami penurunan. Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi 7,9% dalam tiga bulan terakhir dan suku bunga kredit pemilikan apartemen (KPA) terjaga pada 7,9%.

"Properti residensial di wilayah Bandung Timur dan Selatan bisa menjadi kawasan hunian idaman yang bisa dibeli di tahun 2022 ini dimana secara umum situasinya adalah buyers market, karena didukung berbagai stimulus dari pemerintah. Apalagi Pemerintah telah memperpanjang pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) hingga akhir September 2022," pungkas Marine.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto

Terbaru