Saban hari, perhotelan Mataram rugi Rp 1,5 miliar

Rabu, 11 November 2015 | 14:46 WIB Sumber: Antara
Saban hari, perhotelan Mataram rugi Rp 1,5 miliar


MATARAM. Akibat erupsi Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani, berbagai hotel di Lombok mengalami kerugian. Kawasan pariwisata ini ikut merugi seiring penutupan Bandara Internasional Lombok. 

Ketua Asosiasi Hotel Mataram, Reza Bovier, Rabu (11/11) mengatakan, kerugian perhotelan sekitar Rp 1 miliar - Rp 1,5 miliar per hari. Ini baru hotel di Mataram saja. 

"Ini kita baru menyebut kerugian hotel di Mataram saja yang jumlahnya 108 hotel mulai dari hotel melati hingga hotel berbintang, belum termasuk hotel di luar kota, " kata Reza.

Reza yang juga menjabat sebagai Manajer Hotel Santika ini mengatakan, rata-rata tingkat hunian hotel di kota ini menurun drastis hingga 80% dalam sepekan terakhir.

Hal itu dipengaruhi karena pembatalan sejumlah kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition) dengan prediksi jumlah kunjungan sekitar 3.000-5.000 orang.

"Ya sekarang rata-rata, aktivitas di hotel anteng-anteng saja sambil berharap agar BIL segera bisa beroperasional agar wisatawan bisa datang ke Kota Mataram," katanya.

Padahal, kata dia, kondisi Kota Mataram saat ini cukup kondusif dari abu vulkanis Gunung Barujari, termasuk aktivitas masyarakat tidak terganggu.

"Tetapi, karena BIL tidak bisa beroperasional, wisatawan tidak bisa datang. Ya kita kadang geregetan juga," katanya.

Di sisi lain, kata Reza, erupsi Gunung Barujari ini memberikan hikmah kepada pemerintah, karena untuk mendukung kelancaran aktivitas pariwisata harus ada alat transportasi alternatif sehingga transportasi tidak hanya mengandalkan dari udara.

Menurut dia, transportasi darat atau pelabuhan mini yang ada di beberapa titik di daerah ini harus segera mendapat pembenahan, penataan agar dapat berfungsi maksimal. Seperti di Teluk Nare dan Senggigi.

"Dari Teluk Nare dan Senggigi, wisatawan bisa melakukan penyebrangan ke Bali hanya dalam waktu satu setengah jam, begitu juga sebaliknya," sebutnya.

Sementara, katanya, keberadaan Pelabuhan Lembar sebagai pelabuhan induk saat ini kondisinya kurang representatif untuk wisatawan.

"Bayangkan, untuk sampai ke Kota Mataram, wisatawan harus melakukan perjalanan enam sampai tujuh jam dalam keadaan normal. Belum termasuk waktu untuk antre," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru