CLOSE [X]

Sektor Transportasi Dinilai Jadi Pemicu Polusi Jakarta

Jumat, 08 September 2023 | 22:06 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Sektor Transportasi Dinilai Jadi Pemicu Polusi Jakarta

ILUSTRASI. Petugas menyemprotkan air ke udara di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023). Sektor Transportasi Dinilai Jadi Pemicu Polusi Jakarta


POLUSI -  JAKARTA. Total emisi karbon dari kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e akibat tingginya penggunaan.

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Indef, Abra Talattov, menyatakan bahwa rata-rata konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta untuk sepeda motor adalah 0,92 liter per hari, dan untuk mobil adalah 3,9 liter per hari. 

Dengan angka tersebut, total konsumsi BBM di Jakarta mencapai 17,8 juta liter per hari untuk sepeda motor dan 16,2 juta liter per hari untuk mobil.

Dengan asumsi emisi karbon dari 1 liter BBM setara dengan 2,4 kg CO2e, total emisi dari sepeda motor dan mobil di Jakarta diperkirakan mencapai 81,17 juta kg CO2e.

Baca Juga: Waspadai Tujuh Penyebab Sesak Napas yang Jarang Disadari

Abra mengungkapkan bahwa dalam lima tahun terakhir, populasi mobil di Jakarta meningkat 15,5% menjadi 4,13 juta unit, sementara sepeda motor meningkat 27,8% menjadi 19,22 juta unit. 

"Kita harus menyadari besarnya emisi dari kendaraan berbasis fosil. Ini seharusnya menjadi momentum untuk bertransformasi ke transportasi yang lebih bersih," ujarnya.

Ia menambahkan agar pemerintah fokus pada penyediaan transportasi massal yang nyaman dan terjangkau guna mengurangi emisi dari kendaraan pribadi.

Kualitas udara Jakarta yang buruk meski PLTU Suralaya tidak beroperasi menunjukkan bahwa sektor transportasi merupakan penyumbang utama polusi di Jakarta.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Berdaulat di Bidang Energi

Pemberhentian operasi 4 unit PLTU Suralaya, yang memiliki kapasitas 1.600 megawatt (MW) sejak 29 Agustus, adalah sebagai bentuk voluntary shutdown.

"Sektor transportasi menjadi penyebab utama polusi udara di Jakarta. Namun, setelah pemberlakuan Work From Home (WFH) pada 4 September, kualitas udara menunjukkan perbaikan," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru