JAKARTA. Kecepatan dan ketegasan pemerintah dibutuhkan untuk pembebasan lahan untuk keberlangsungan proyek Sodetan Kali Ciliwung. Sebab, sejak dimulai pada pertengahan tahun lalu, persentase perkembangan proyek ini masih dibawah 50%.
Ismu Sutopo, Manajer Proyek PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) bilang, sejauh ini ada 212 segmen pipa saluran air yang terpasang. "Total segmennya ada 958 unit," imbuhnya, disela kegiatan site visit Proyek Sodetan Kali Ciliwung, (20/5).
Artinya, proses penanaman pipa beton raksasa di bawah tanah itu baru mencapai 22%. Padahal, awalnya proyek ini ditargetkan bisa selesai dalam kurun waktu 14 bulan.
Catatan saja, secara teknis, ada beberapa bagian pengerjaan proyek, salah satunya arriving shaft di Cipinang Cempedak. Arriving shaft menjadi pertemuan untuk pengeboran bagian inlet di Jalan Otista Raya dan outlet di Jalan DI Panjaitan.
Kedalaman inlet di Jalan Otitsta Raya sedalam 12 meter dan outlet 14 meter. Fungsinya saluran ini adalah untuk mengalirkan air ke Kali Cipinang kemudian dilanjutkan ke KBT untuk dibuang ke laut. Untuk lebar pipa dalam sodetan yaitu 4 meter untuk pipa luar dan pipa dalam 3,5 meter. PT Wika selaku kontraktor sodetan memperkirakan lama pengerjaan empat bulan.
Nah, kendala soal pembebasan lahan terjadi di inlet itulah yang menjadi masalah. Berdasarkan data yang diperoleh manajemen, setidaknya saat ini masih ada 400 kepala keluarga yang enggan pindah dari lokasi-lokasi tersebut.
Pembebasan lahan memang selalu menjadi kendala klasik jika ada suatu pembangunan proyek, apalagi proyek untuk kepentingan umum. Bahkan, untuk lokasi outlet saja lahannya masih harus sewa kepada PT Subur Brothers.
Sejauh ini, progress untuk pengerjaan outlet sudah mencapai 30%. Sehingga, pada Oktober nanti pengerjaannya sudah tuntas. Sementara, untuk kedua, proses pengerjaannya ditargetkan bisa dimulai Juni tahun ini.
Proyek senilai Rp 492,6 miliar ini diharapkan dapat meminimalisasi dampak banjir yang selalu menjadi langganan ibu kota. Untuk lubang utama (main hole) dan area pengorperasian lainya, proyek ini memiliki total lahan seluas 5.000 meter persegi (m2) dari pintu masuk (inlet) dan pintu keluar (outlet).
Lahan seluas sekitar 3.000 meter persegi dibutuhkan untuk pintu air pipa terowongan di bagian Kali Ciliwung di Bidara Cina, Jatinegara, dan seluas sekitar 2.000 meter persegi lainnya untuk pintu limpasan air di Kali Cipinang, Cipinang Besar Selatan.
Ismu menambahkan, pembebasan lahan itu menjadi tanggung jawab Pemkot Jakarta Timur selaku Panitia Pengadaan Tanah (P2T). Pembebasan lahan di titik inlet dan outlet dibutuhkan sebagai titik awal pengeboran sodetan Kali Ciliwung. Mata bor dari kedua titik itu akan bertemu di bagian arriving shaft yang saat ini sedang dibangun di Jalan Otista III, Jatinegara.
"Target awal pembangunan selama 14 bulan. Tapi ini kan sudah telat karena masalah pembebasan lahan. Ini tergantung pemerintah karena mereka yang bebaskan. Jadi kami belum tahu kapan mulai beroperasi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News