PALU. Provinsi Sulawesi Tengah selama dua bulan terakhir mulai mengekspor besi dan baja ke China. Ini merupakan langkah lanjutan setelah pemerintah melarang penjualan bahan mineral mentah ke luar negeri 12 Januari 2014.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah JB Priyono di Palu, Senin (1/6), mengatakan ekspor tambang mineral itu dimulai April 2015 seiring beroperasinya pabrik pemurnian bahan mineral tambang (smleter) di Kabupaten Morowali.
"Memang baru diresmikan Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu namun sebenarnya smelter itu telah beroperasi," katanya.
Selama ini ekspor Sulawesi Tengah berupa minyak mentah, minyak kelapa sawit serta ikan dan udang, tidak pernah mengirim bahan mineral ke luar negeri.
Selama April 2015, besi dan baja merupakan kelompok komoditas ekspor terbesar Sulawesi Tengah yaitu senilai US$ 23,35 juta dolar AS atau berkontribusi 54,62% dari total nilai ekspor provinsi ini.
Kelompok komoditas penting lainnya adalah minyak mentah senilai US$ 11,20 juta, serta minyak kelapa sawit (CPO) senilai US$ 7,04 juta.
Sedangkan nilai ekspor kelompok komoditas lainnya masing-masing di bawah US$ 0,50 juta, seperti ikan dan udang serta bahan-bahan dari kayu.
Priyono juga mengatakan Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor paling utama selama April 2015 yakni dengan capaian devisa mencapai US$ 30,55 juta atau 71,46% dari total nilai ekspor Sulawesi Tengah.
Negara tujuan berikutnya adalah Korea Selatan senilai US$ 11,35 juta (26,55%). Sementara itu, nilai ekspor ke negara tujuan lainnya masing-masing di bawah US$ 0,25 juta seperti ke Malaysia, Singapura dan India. (Risko Maruto)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News