MEDAN. Pemerintah Provinsi Sumatra Utara sedang memperjuangkan hak paten atau indikasi geografis untuk kopi arabika Sipirok, Tapanuli Selatan. Sebelumnya, pada 2016 lalu, Sumut berhasil mematenkan arabika Simalungun dan Mandailing.
"Hak paten atau indikasi geografis (IG) untuk kopi itu diharapkan bisa meningkatkan daya saing kopi Sumut yang akhirnya meningkatkan devisa dan kesejahteraan petani," ujar kepala Dinas Perkebunan Sumut Herawati di Medan, Selasa (6/6).
Untuk arabika Simalungun dan Mandailing, IG yang diterima Desember 2016 berlaku bagi jenis kopi tanduk, kopi beras, sangrai, dan bubuk. Pemilik IG adalah Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Mandailing (MPIG-KM).
"Mudah-mudah IG untuk arabika Sipirok bisa segera diperoleh tahun ini juga," katanya.
Menurut Herawati, sertifikasi hak paten kopi akan memberi nilai tambah dan semakin bisa bersaing di pasar dunia. "Tentunya dengan semakin bisa bersaing, bukan hanya devisa yang bertambah tetapi juga kesejahteraan petaninya meningkat," tuturnya.
Lanjut Herawati, dengan diterbitkannya sertifikat IG untuk kopi arabika Simalungun dan Mandailing dan harapannya Sipirok, jenis kopi tersebut menjadi aset daerah dan nasional. "Dinas perkebunan terus berkolaborasi dengan pemerintah pusat, kabupaten/kota, petani, asosiasi dan pemangku kepentingan lainnya untuk proses sertifikasi jenis kopi lainnya," katanya.
Koloborasi diperlukan mengingat untuk mendapatkan IG bukanlah mudah karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh Ditjen HAKI. "Potensi kopi Sumut yang sangat besar, tentunya sayang kalau tidak dibuat hak patennya," imbuh Herawati.
Salah satu potensi kopi Sumut adalah lahan yang luas, di mana untuk arabika mencapai 61.231,44 hektare dengan produksi mencapai 49.176, 51 ton. Produksi arabika dari Mandailing Natal, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Simalungun, Tapanuli Selatan, Dairi dan Pak-Pak Bharat itu, sudah lama dikenal dan di ekspor.
Ekspor kopi arabika Sumut pada 2016 senilai US$ 317, 09 juta dengan tujuan pasar ke Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang, Jerman, Australia, Kanada, Korea, Singapura, Vietnam dan Malaysia.
(Evalisa Siregar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News