MRT - JAKARTA. Pemberlakuan bebas biaya bagi penumpang yang menaiki mass rapid transit (MRT) Jakarta selama 25-31 Maret 2019 dinilai YLKI sudah cukup. YLKI juga menilai harus ada upaya lebih kreatif dari manajemen MRT dalam mencari pendapatan selain melalui tiket.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi menyebut bahwa langkah tersebut sudahlah cukup diterapkan. "Sudah cukup ya itu," kata Tulus saat dihubungi Kontan.co.id pada Jumat (22/3).
Sementara perihal besaran tarif MRT, Pengurus Harian YLKI Agus Sujatno menambahkanharus memperhitungkan kajian ability to pay dan willingness to pay yaitu berapa kemampuan bayar konsumen dan kemauan bayarnya.
"Jika mengacu bahwa MRT untuk menarik minat masyarakat beralih ke public transport, ATP WTP penting jadi pertimbangan. Selisih dari kemauan dan kemampuan bayar konsumen dengan biaya produksi, menjadi tanggung jawab pemerintah dalam bentuk subsidi," jelas Agus.
Ditambah oleh Agus bisa jadi pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi alasan penentuan tarif tak kunjung diumumkan. Agus menyarankan MRT Jakarta harus lebih kreatif dalam mencari pendapatan selain melalui tarif.
"Bisa jadi. Satu hal lagi, manajemen MRT juga perlu kreatif untuk mencari revenue lain selain dari tarif. Misalnya dengan pendapatan dari sewa lahan di area stasiun. Termasuk mencari pemasang iklan," tambah Agus.
Meski demikian, YLKI menegaskan, iklan baiknya bukanlah berasal dari produk zat adiktif seperti produk tembakau dan alkohol. "Termasuk alkohol dan produk tembakau," tambah Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News