Tim pengendali inflasi di Jabar luncurkan 5Plus1

Rabu, 11 Februari 2015 | 16:21 WIB Sumber: Antara
Tim pengendali inflasi di Jabar luncurkan 5Plus1

ILUSTRASI. Sinopsis Who is Erin Carter?, serial terbaru Netflix yang bergenre thriller penuh aksi dan petualangan.


BANDUNG. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Barat meluncurkan program kerja 5Plus1 untuk menenkan angka inflasi di provinsi ini pada 2015.

kata Ketua TPID Jabar Ferry Sofyan Arief menjelaskan, cara pertama, meningkatkan produksi komoditas penyumbang inflasi. Kedua, antisipasi lonjakan permintaan menjelang peak season. Ketiga, revitalisasi pasar.

Keempat, kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetensi sumber daya pendukung. Kelima, peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi dan kerja sama.

"Sedangkan plus 1 adalah peningkatan kualitas infrastruktur pendukung seperti irigasi, perbaikan jalan dan jembatan serta penguasan sistem logistik bahan pangan strategis,” kata Ferry.

Untuk merumuskan formula ini, TPID Jabar melakukan koordinasi dengan para bupati, sekretaris, dan pejabat pengendalian inflasi di daerah. "Pertemuan ini memaparkan rumusan upaya pengendalian inflasi yang menyeluruh," kata Ferry, Rabu (11/2).

Ia menyebutkan, ada 27 TPID di Jawa Barat yang ada di setiap kabupaten/kota. TPID terbaru didirikan di Kabupaten Sumedang pada 29 Januari lalu.

Lebih lanjut Ferry menyebutkan, upaya pengendalian inflasi yang akan dilakukan tahun 2015 dihadapkan pada beberapa tantangan yakni penghapusan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM) dan potensi kenaikan tarif listrik, ketersediaan pasokan elpiji, ketersediaan pasokan komoditas pangan penymbang inflasi serta antisipasi gejolak harga pangan di musim-musim tertentu.

Selain itu kondisi pengelolaan dan manajemen pasar sert lemahnya kelembagaan pasar menjadi tantangan serta kondisi infrastruktur, logistik dan rantai pasokan yang panjang dan tidak efesien.

Dicky Saromi, Asisten Perekonomian Pemprov Jabar menyebutkan, faktor pendorong inflasi di Jabar cukup unik, terutama terkait komoditas pangan karena juga dipasok dari luar Jabar. Sehingga sistem distribusi perlu menjadi prioritas di tengah kendala sektor angkutan dan perhubungan, terutama dengan jalan rusak dan kemacetan.

"Angkutan ke depan perlu memanfaatkan angkutan berbasis rel, termasuk di Jabar," kata Dicky.

Sementara itu Anggota Pengarah TPID Jabar yang juga Pimpinan BI Jabar Rosmaya Hadi menyebutkan selama 2014 inflasi Jabar tercatat 7,41% atau di bawah inflasi nasional yang mencapai 8,36%. Sedangkan pada Januari lalu deflasi 0,37%.

Pendorong deflasi adalah dipicu penurunan harga BBM bersubsidi yang sedara langsung mendorong penurunan tarif angkutan umum, di isi lain kelompok kebutuhan pangan, komoditas cabai memasuki masa panen dan pasokan melimpah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru