KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring meningkatnya volume, Kota Depok tengah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok tahun 2024, timbunan sampah harian mencapai rata-rata 1.100 ton per hari. Sekitar 70% merupakan sampah organik rumah tangga.
Sebagai salah satu kota penyangga Jakarta di wilayah Jabodetabek, Depok mengalami pertumbuhan penduduk dan urbanisasi pesat. Kondisi ini semakin membebani tempat pemrosesan akhir (TPA) Sampah Cipayung—satu-satunya TPA aktif di Kota Depok—yang kini telah mengalami kelebihan kapasitas.
Selain faktor demografis dan ekonomi, rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah dan mengurangi sampah dari sumbernya turut memperburuk situasi ini.
Pemkot Depok segera mengambil berbagai langkah. Bukan hanya melalui pembangunan infrastruktur, tetapi juga dengan membangun budaya baru di masyarakat: memilah sampah dari rumah.
Baca Juga: Garap Proyek Pengolahan Sampah, Maharaksa Biru (OASA) Akan Gelar Private Placement
Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) menjadi solusi menyeluruh dalam pengelolaan sampah. Program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fasilitas fisiki juga pada perbaikan sistem layanan dari hulu ke hilir.
Salah satu komponen kunci adalah kegiatan peningkatan peran aktif masyarakat (PPAM), dengan proyek percontohan Perumahan Green Le Mirage, Cipayung, Depok. "Harapannya ini bisa diduplikasi di seluruh RT/RW Kota Depok,” ujar Chandra Rahmansyah, Wakil Wali Kota Depok, dalam rilis ke Kontan.co.id, Kamis (18/9).
Sejak program memilah sampah ini berjalan, sampah di Green Le Mirage dapat berkurang hingga mencapai 80%. Dari semula sekitar 270 kg per hari menjadi hanya 70 kg per hari.
Baca Juga: Ini Sejumlah Emiten yang Menadah Berkah dari Bisnis Pengolahan Sampah
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Dewi Chomistriana menegaskan, pentingnya pendekatan menyeluruh dalam pengelolaan sampah. Program ISWMP bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi tentang perubahan cara pandang kita terhadap sistem pengelolaan sampah.
"Ketika tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) menjadi bagian dari sistem yang terhubung dari kebijakan hingga kebiasaan masyarakat, maka kita tidak sekadar mengelola sampah, tapi sedang merawat masa depan bersama,” ujarnya.
Program ISWMP di Kota Depok menjadi contoh bahwa membangun budaya memilah sampah bukan sekadar kampanye, tetapi proses transformasi sosial yang membutuhkan keterlibatan semua pihak.
Selanjutnya: Helikopter Kepresidenan Marine One Trump Mendarat Darurat di Inggris
Menarik Dibaca: Multipolar Technology Luncurkan IBM Fusion yang Sanggup Mengelola Infrastruktur TI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News