YDBA Dorong UMKM di Sangatta Jajaki Ekspor ke Korea Selatan

Rabu, 04 Oktober 2023 | 09:50 WIB   Reporter: Tendi Mahadi
YDBA Dorong UMKM di Sangatta Jajaki Ekspor ke Korea Selatan

ILUSTRASI. YDBA Bangkitkan UMKM di Sangatta.


UMKM - JAKARTA. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) berhasil membawa pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sangatta, Kalimantan Timur, naik kelas. Produk hasil usaha UMKM itu yang dulunya hanya dijual terbatas hanya di pasar lokal, kini sudah merambah marketplace digital, media sosial, bahkan sudah menjajaki ekspor.

“Kami sangat terbantu, karena mendapat pendampingan dan pelatihan hingga perizinan. Usaha kami langsung terdongkrak maju dalam beberapa tahun ini,” ujar pemilik UMKM Pawon Q yang juga pengurus Koperasi Olahan Kuliner Sangatta (Okusa) Nur Endang.

Menurut Nur Endang, pemasaran produk Okusa kini merambah media sosial seperti di TikTok, Facebook, Instagram, dan juga sejumlah marketplace

“Penjualan kami terdongkrak, yang sebelumnya hanya puluhan juta rupiah per tahun, kini sudah miliaran Rupiah. Tahun 2022 lalu, omzet Okusa tembus Rp 3 miliar,” tutur Endang.

Baca Juga: Pertahankan Pertumbuhan Bisnis, Bobobox Hadirkan Tiga Lokasi Bobocabin Baru

Bahkan, produk sambal lele, yang menjadi inovasi istimewa UMKM di Sangatta, sudah menjajaki pasar ekspor ke Korea Selatan melalui pelaku bisnis produk olahan di sana. Produk sambal lele ini belum ditemui di daerah lain di Indonesia.

Nur Endang memaparkan, sebenarnya, produk sambal lele itu merupakan challenge yang diberikan LPB Pama Banua Etam. Produk sektor perikanan budidaya ikan lele dari mitra binaan LPB Pama Banua Etam yang tidak terserap ke pasar, dijadikan nilai tambah oleh UMKM Pawon Q melalui produk turunan sambal lele, keripik lele, dan abon lele. 

Ternyata, produk inovasi itu diterima dengan baik oleh pasar. Sambal lele yang dijual di kisaran Rp 20 ribu per pcs hingga Rp 35 ribu per pcs sudah laku sekitar 200 pcs per bulan. 

Koordinator YDBA Sangatta Hendra menjelaskan, pihaknya membuat value chain antarsektor.

“Contohnya, perikanan yang saat ini fokus pada budidaya ikan lele, kami sambungkan dengan sektor home industry,” tutur Hendra dalam keterangannya, Rabu (4/10).

Saat ini, dari budidaya ikan lele, UMKM binaan LPB Pama Banua Etam mampu memenuhi kebutuhan ikan lele di Sangatta sebesar 2,5 ton per bulan. Ikan lele sangat digandrungi warga Sangatta yang mayoritas adalah pendatang. Selama ini, pencinta ikan lele menikmatinya dalam bentuk sajian panas atau siap saji di warung-warung tertentu. 

“Kami berpikir bagaimana bisa memenuhi pencinta lele dan sambal. Kami buat sambal lele, dengan kemasan berbeda. Ini menjadi inovasi baru, karena biasanya yang kita temui adalah sambal tuna, udang, atau cumi. Sekarang ada sambal lele,” tutur Hendra.

Dijelaskan, dari hasil budidaya yang tidak terserap di pasar, seperti ikan lele yang ukurannya terlalu besar, atau beratnya tidak seimbang, bisa dialihkan menjadi produk nilai tambah berupa sambal, keripik, dan abon lele. Proses pengerjaannya, pasokan lele dari UMKM perikanan dikirim ke UMKM home industry Pawon Q. 

Baca Juga: Mulai Besok TikTok Shop Dihentikan, Ini Tanggapan Asosiasi UMKM Indonesia

Chief Executive YDBA Sigit Kumala dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/10) mengatakan YDBA memastikan akan terus membina dan memperkuat pelaku UMKM agar bisa mandiri, bahkan mampu go global. Hal itu dilakukan sebagai misi YDBA ikut mensejahterakan masyarakat.

Upaya YDBA mensejahterakan masyarakat lewat pendampingan kepada UMKM lokal di berbagai daerah di Tanah Air. Pendampingan itu dilakukan dengan filosofi “Berikan Kail Bukan Ikan.”

Sigit menjelaskan, sejak 1980 hingga saat ini, YDBA sudah membina sekitar 12.000 UMKM. Dari ribuan UMKM itu, sebagian besar sudah mandiri. Saat ini, tinggal sekitar 2.100 UMKM yang aktif didampingi YDBA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi
Terbaru