32 Biksu Jalan Kaki dari Thailand ke Indonesia, Ini 5 Hal yang Harus Diketahui

Jumat, 19 Mei 2023 | 04:52 WIB Sumber: Kompas.com
32 Biksu Jalan Kaki dari Thailand ke Indonesia, Ini 5 Hal yang Harus Diketahui

ILUSTRASI. Aksi jalan kaki sejauh ribuan kilometer yang dilakoni 32 biksu dari Thailand menuju Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. REUTERS/Chalinee Thirasupa


AGAMA DAN KEPERCAYAAN - Masyarakat memberikan respon positif terkait aksi jalan kaki sejauh ribuan kilometer yang dilakoni 32 biksu dari Thailand menuju Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Aksi tersebut merupakan ritual Thudong atau perjalanan religi yang ditempuh dengan cara berjalan kaki sejauh ribuan kilometer. 

Sebanyak 32 biksu berjalan kaki dari Thailand untuk menghadiri puncak perayaan hari raya Waisak di Candi Borobudur pada 4 Juni 2023. 

Dari video yang beredar di media sosial, masyarakat di beberapa daerah menyambut kedatangan 32 biksu yang melewati wilayahnya dengan cara berjejer di pinggir jalan. 

Masyarakat menyambut mereka dengan sorakan, tepuk tangan, ucapan semangat, termasuk memberikan makanan dan minuman. 

Sebanyak 32 biksu juga mendapat pengawalan dari Laskar Macan Ali Cirebon dan Banser serta akan dijamu di pondok pesantren Habib Luthfi bin Ali bin Yahya di Pekalongan, Jawa Tengah.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui masyarakat saat mereka bertemu 32 biksu yang berjalan kaki dari Thailand ke Indonesia. Berikut penjelasannnya. 

Baca Juga: Hari Ini 6 Mei Bukan Hari Raya Waisak, Berikut Keterangan Resmi Kemenag

1. Biksu tidak sembarangan makan dan minum 

Masyarakat yang memberikan makanan dan minuman kepada 32 biksu yang berjalan kaki dari Thailand ke Indonesia patut diapresiasi. 

Tapi, biksu sejatinya memiliki aturan khusus yang mengatur pola serta pilihan makanan dan minuman dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketua Thudong Internasional Welly Widadi menyampaikan, biksu tidak boleh mengonsumsi susu atau buah yang lebih besar dari sekepal genggaman tangan. 

"Itupun kalau buah yang di bawah sebesar sekepal tangan itu hanya boleh dijus," kata Welly kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2023). 

Baca Juga: Kemenag Tegaskan Hari Raya Waisak Jatuh Pada 4 Juni 2023, Bukan 6 Mei 2023

2. Sisa makanan dan minuman diberikan kepada vihara 

Lebih lanjut, Welly menjelaskan bahwa biksu mendapat makanan dan mminuman dengan cara pindapata. Pindapata adalah persembahan kepada biksu. 

Nantinya, umat atau masyarakat dapat memberikan persembahan yang mereka miliki ke dalam periuk yang dibawa biksu. 

Apabila ada kelebihan atau ketidaksesuaian makanan dan minuman, biksu akan menyalurkan persembahan ini kepada vihara. 

"Biksu hanya mengambil kebutuhan sebagian kecil aja. Sebagian besar dari itu dikembalikan lagi ke masyarakat disalurkan sama panitia-panitia vihara ke panti asuhan, panti jompo, atau masyarakat di sekitarnya," jelas Welly. 

"Jadi, biksu memang tidak boleh menyimpan makanan. Jadi, para biksu setelah mendapat sesuatu dari pindapata, sebagian untuk mendukung kebutuhan biksu, seperti odol atau sikat gigi," tambahnya. 

3. Jam makan biksu 

Welly juga menerangkan, biksu memiliki jam makan khusus. Mereka makan setelah matahari terbit sekitar pukul 07.00-08.00 pagi. 

Setelah itu, mereka dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari, seperti meditasi atau mempelajari ilmu lain. 

Biksu juga diberi kesempatan untuk makan pada siang hari, tepatnya pada pukul 10.30-12.00 siang namun sebagian biksu hanya makan kenyang satu kali sehari. 

"Dan, setelah itu jam 12.00 ke atas para biksu diperbolehkan hanya minum minuman yang tidak mengandung susu atau buah yang lebih dari sekepal genggaman tangan," tutur Welly. 

Baca Juga: Besok 18 Mei 2023 Hari Libur, Cek Tanggal Merah & Hari Libur Nasional Bulan Ini

4. Biksu hidup secukupnya 

Welly menyampaikan bahwa biksu sudah terbiasa mengendalikan diri, seperti rasa lapar, rasa makanan, dan amarah. 

Terpisah, Richard Pekasa selaku pengurus Vihara Dewi Welas Asih, Cirebon juga menyampaikan, biksu memiliki prinsip hidup secukupnya. 

Mereka sudah dilatih untuk mengurangi segala sesuatu yang bersifat "kedagingan", tidak memasak, dan hidup dari derma umat atau masyarakat. 

Selain tidak meminum susu, biksu juga tidak mengonsumsi makanan mengandung minyak, mau, atau gula. 

"Dari dulu biasanya tradisi para biksu dari zaman Buddha, pagi-pagi setelah meditasi kemudian berjalan ke kota atau desa terdekat untuk menerima makanan atau minuman," kata Richard kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2023). 

"Habis itu kemudian pulang, makan, meditasi, dan segala macem," sambungnya. 

5. Biksu hutan 

Prinsip hidup secukupnya yang dipegang teguh biksu tercermin dalam pola hidup sehari-hari. Biksu hanya memiliki 2 jubah yang digunakan secara bergiliran dan menyimpan satu mangkuk untuk makan. 

Richard juga mengatakan, 32 biksu yang berjalan kaki dari Thailand menuju Indonesia merupakan biksu hutan. Meski begitu, mereka tidak benar-benar tinggal di tengah hutan melainkan di pinggir hutan yang masih dapat terhubung dengan kota atau desa. 

"Supaya masih bisa pindapata atau mengambil makanan atau minuman yang didermakan umat atau masyarakat dari (tempat tinggal) hutan kemudian ke hutan lagi," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Hal yang Perlu Diketahui Saat Bertemu Biksu Jalan Kaki dari Thailand ke Indonesia"
Penulis : Yefta Christopherus Asia Sanjaya
Editor : Farid Firdaus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru