Ada potensi tsunami setinggi 28 meter di Pacitan, estimasi tiba 29 menit

Senin, 13 September 2021 | 04:47 WIB Sumber: Kompas.com
Ada potensi tsunami setinggi 28 meter di Pacitan, estimasi tiba 29 menit

ILUSTRASI. Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, diingatkan untuk segera menyiapkan skenario terburuk jika terjadi tsunami. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas


BMKG - JAKARTA. Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, diingatkan untuk segera menyiapkan skenario terburuk jika terjadi gempa dan tsunami di daerah itu. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
 
Skenario terburuk, kata dia, perlu disiapkan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang berpotensi terjadi di pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. 

"Berdasarkan hasil penelitian, wilayah Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit. Adapun tinggi genangan di darat berkisar antara 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4-6 kilometer dari bibir pantai," kata Dwikorita dikutip dari Antara, Minggu (12/9/2021). 

Dwikorita mengaku, sebelumnya telah melakukan verifikasi zona bahaya dan menyusuri jalur evakuasi bencana. Hal itu dilakukan bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji. 

Baca Juga: Cuaca hari ini di Jabodetabek cerah hingga berawan, hujan ringan di Bogor

Menurut dia, dengan skenario terburuk, maka masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri. 

Adapun langkah tersebut, lanjutnya, harus dilakukan ketika ada peringatan dini tsunami maksimal 5 menit setelah gempa terjadi. 

Masyarakat, kata Dwikorita, terkhusus yang berada di wilayah pesisir pantai, harus segera mengungsi ke dataran lebih tinggi jika merasakan guncangan gempa besar. 

Baca Juga: Waspada! BMKG: Pulau Seram memiliki potensi bahaya tsunami non-tektonik cukup besar

"Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine, segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit, sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh," jelasnya. 

Ia menerangkan, skenario artinya masih bersifat potensi yang bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi. Namun, masyarakat dan pemda diminta sudah harus bersiap dengan skenario terburuk itu. 

Menurut dia, jika masyarakat dan pemda telah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalisasi. 

"Dengan skenario terburuk ini, pemerintah daerah bersama-sama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif," tutur Dwikorita. 

"Jika masyarakat terlatih, maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," sambung dia. 

Baca Juga: BMKG mencatat gempa terkini magnitudo 5,3 di Nabire, Papua

Mendorong agar skenario terburuk disiapkan, Dwikorita menambahkan informasi bahwa hingga kini tidak ada teknologi di satu negara mana pun yang mampu memprediksi waktu terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat. 

Prediksi gempa dan tsunami hingga kini masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut. Lebih lanjut, Dwikorita merekomendasikan agar pemda menyiapkan dan menambah jalur-jalur evakuasi lengkap dengan rambu-rambu di zona merah menuju zona hijau. 

Pemerintah daerah, lanjutnya, juga harus lebih cermat dan tepat dalam memperhitungkan jumlah dan lokasi jalur evakuasi yang dibutuhkan. Hal ini harus didasarkan pada luasnya zona bahaya atau zona merah dan padatnya permukiman penduduk. 

Baca Juga: BMKG mencatat gempa terkini magnitudo 3,7 terasa di Banyuwangi, Jatim

"Pertimbangannya adalah jarak lokasi tempat evakuasi, waktu datangnya gelombang genangan tsunami, kelayakan jalur, serta menyiapkan mekanisme dan sarana prasarana evakuasi secara tepat," tuturnya. 

Soal skenario terburuk menghadapi bencana, Dwikorita juga meminta adanya persiapan secara khusus terkait sarana dan prasarana evakuasi bagi kelompok lanjut usia dan difabel. 

Kemudian, pemda juga diminta harus mengedukasi masyarakat mengenai potensi bencana dan cara menghadapinya. Ia menambahkan, perlu ada semacam tempat evakuasi sementara (TES) ataupun tempat evakuasi akhir (TEA) sebagai tempat penampungan khusus bagi warga yang mengungsi. 

Namun, tempat tersebut juga harus dipastikan ketersediaan stok atau cadangan logistik yang memadai.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Potensi Tsunami Setinggi 28 Meter di Pacitan, BMKG Ingatkan Pemda Siapkan Skenario Terburuk"
Penulis : Nicholas Ryan Aditya
Editor : Nursita Sari

 

Selanjutnya: Cuaca hari ini di Jawa dan Bali: Denpasar hujan ringan, Surabaya cerah berawan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru