DKI JAKARTA - JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) tidak kooperatif dalam mengembalikan konsesi pengelolaan air ke Jakarta.
"Kami perlu sampaikan Palyja tidak kooperatif dan itikad untuk bertanggung jawab atas penyediaan air warga Jakarta, tidak muncul di situ," kata Anies di Jakarta Selatan, Jumat (10/5).
Padahal, perusahaan swasta lainnya yang juga mengelola air Jakarta, PT Aetra Air Jakarta, sudah menandatangani Head of Agreement (HoA) dan menyepakati pengembalian konsesi ke Jakarta serta transisinya.
Menurut Anies, Palyja tidak merespons keinginannya. "Meeting saja susah. Tidak seperti Aetra, Aetra itu responsif. Ini yang dulu kenapa teman-teman tanya saya enggak cerita, karena pada waktu itu lagi proses bahwa yang satu responsif yang satu tidak responsif," ujarnya.
Oleh karena itu, Anies dan timnya tengah merumuskan langkah hukum agar bisa tetap mengambil alih pengelolaan air dari Palyja. "Jadi buat Palyja, ini catatan, masyarakat sudah mengetahui tentang respons anda terhadap proses ini," ujar Anies.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Palyja Robert Rerimassie mengakui pihaknya belum mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait penghentian swastanisasi pengelolaan air bersih.
Robert mengatakan, Pemprov DKI melalui badan usahanya, PAM Jaya belum memberikan kejelasan nasib. "Kami juga perlu kepastian," kata Robert kepada wartawan, Sabtu (28/4).
Kepastian itu bukan sekadar soal keuntungan bagi Palyja, tetapi juga menyangkut pelayanan kepada warga di bagian barat Jakarta yang menjadi pelanggan Palyja. Robert mengakui selama ini pengelolaan air di bawah pihak swasta belum optimal.
Menurut dia, hal itu disebabkan Pemprov DKI yang tak pasti dalam memberi keuntungan ke Palyja. Perjanjian yang dibuat PAM Jaya dengan Palyja pada tahun 1997 mensyaratkan PAM Jaya memberi jaminan keuntungan sebesar 22%. Total keuntungan yang masih menjadi utang sebesar Rp 6,7 triliun.
Padahal, menurut Robert, keuntungan itu bisa digunakan untuk menambah jaringan dan memperbaiki pelayanan.
PAM Jaya sudah menandatangani kesepakatan awal dengan PT Aetra Air Jakarta. Perusahaan yang melayani pelanggan di bagian timur Jakarta itu setuju mengembalikan konsesi ke PAM Jaya. Perjanjian ini buah dari keputusan Anies tiga bulan lalu untuk mengambil alih pengelolaan air Jakarta.
Pada 11 Februari 2019, Anies dan Tim Evaluasi Tata Kelola Air Minum mengumumkan hasil kajian selama enam bulan terakhir. Tim tersebut mengkaji berbagai opsi yang bisa dilakukan DKI untuk menghentikan swastanisasi.
Langkah yang dipilih yakni lewat mekanisme perdata atau renegosiasi antara PAM Jaya dengan Palyja dan Aetra.
Renegosiasi bisa menghasilkan pembelian dua perusahaan swasta oleh DKI, perjanjian kerja sama untuk mengakhiri kontrak, atau pengambilalihan sebagian sebelum kontrak habis pada 2023. Sejak tahun 1998, air bersih di Jakarta dikelola Palyja dan Aetra.
Semenjak itu, konsesi dipegang swasta dan PAM Jaya hanya berperan sebagai pengawas. (Nibras Nada Nailufar)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anies: Palyja Tidak Kooperatif untuk Penyediaan Air Warga Jakarta!"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News