Bangun ekosistem bisnis pedesaan, BRGM dan IPB latih warga mengolah nanas dan sagu

Rabu, 24 November 2021 | 15:30 WIB   Reporter: Tendi Mahadi
Bangun ekosistem bisnis pedesaan, BRGM dan IPB latih warga mengolah nanas dan sagu

ILUSTRASI. Pertanian di lahan gambut juga bisa hasilkan nanas kualitas ekspor.


AGRIBISNIS - JAKARTA. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) University dalam membangun ekosistem bisnis pedesaan di Kabupaten Bengkalis, Riau, melalui program pelatihan pengolahan produksi berkelanjutan. 

Pelatihan pengolahan produk tersebut meliputi sagu, nanas, roti dan ubi kayu. Di mana nantinya sagu akan diolah menjadi mie dan sagu, sedangkan roti akan diolah lebih inovatif untuk menciptakan varian baru. Untuk nanas akan diolah menjadi selai, dodol, keripik dan sirup, sementara untuk ubi kayu akan diolah menjadi produk cassava frozen dan kripik singkong. 

“Kegiatan ini memang bentuknya kolaborasi antara BRGM dan IPB, kebetulan kita memang terikat dalam kerjasama program kegiatan Kedai Reka dengan tema yang dibawa IPB itu inovasi ekosistem bisnis pedesaan berbasis BUMDes, One Village One Ceo and One Village One Innovation,” ujar Bintoro selaku Project Manager Program One Village One CEO dalam keterangannya, Rabu (24/11).  

Pelatihan yang berlangsung pada tanggal 16-19 November 2021 ini, tambah Bintoro, terbagi dalam lima kelompok, di mana masing-masing kelompoknya diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari 10 desa, yaitu Desa Air Putih, Desa Sungai Batang, Desa Pematang Duku, Desa Penampi, Desa Kelebuk, Desa Kuala Alam, Desa Sekodi, Desa Kalemantan, Desa Kalemantan dan Desa Ketam Putih. 

Baca Juga: Central Proteina (CPRO) serap capex Rp 105 miliar hingga kuartal III

“One Village One CEO ini konsepnya adalah inovasi ekosistem bisnis pedesaan, jadi kita ingin membangun pelatihan-pelatihan mulai dari budidaya sampai marketingnya. Program ini kita observasi dulu potensi, keunggulan dan permasalahan yang ada di situ, baru kita masuk based on assessment, jadi yang diupayakan itu biar tepat sasaran,” ungkap Bintoro.  

Lebih lanjut Bintoro sampaikan bahwa ekosistem bisnis pedesaan ini tak mudah, sehingga perlu adanya kolaborasi dengan lembaga yang menaunginya agar ekosistem bisnis pedesaan ini bisa berkelanjutan. 

“Saya berharap program ini nantinya akan mencetak CEO-CEO baru dari desa dan muncul inovasi-inovasi yang produknya bisa dipasarkan secara nasional dan global. Karena program IPB sebelumnya di Jawa Barat sudah ekspor ke 11 negara, mudah-mudahan ini juga bisa dilakukan di Riau,” ungkap Bintoro.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Kelompok Kerja Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Muhammad Yusuf mengatakan bahwa pengembangan program ekosistem bisnis pedesaan butuh sinergitas antara petani, pelaku usaha dan BUMDes agar produk inovatif desa ini bisa terus berkembang. 

Baca Juga: Central Proteina (CPRO) serap 75% anggaran capex hingga kuartal ketiga

“Semoga dari pelatihan ini masyarakat lebih inovatif dalam menciptakan produk olahan yang memiliki mutu dan kualitas baik. Sehingga di Bengkalis tak hanya lingkungannya saja yang terjaga tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat” harap Yusuf.

Tambah Yusuf, meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk salah satu tujuan program restorasi gambut yang dilakukan BRGM melalui revitalisasi ekonomi. "Juga terintegrasi dalam Program Desa Mandiri Peduli Gambut dan Desa Mandiri Peduli Mangrove," pungkas Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru