Begini cara teknologi Uni Eropa kelola sampah di Jakarta

Kamis, 20 Desember 2018 | 20:24 WIB   Reporter: Kiki Safitri
Begini cara teknologi Uni Eropa kelola sampah di Jakarta

ILUSTRASI. PENANGANAN SAMPAH IBU KOTA


DKI JAKARTA - JAKARTA. Pengelolaan sampah dengan teknologi ramah lingkungan diresmikan di Sunter, Kamis (20/12). Teknologi ini bernama Intermediate Treatment Facility (ITF) yang berguna untuk mengolah sampah menjadi listrik.

Fasilitas ITF diadaptasi dan dirancang ramah lingkungan dan memenuhi standar lingkungan tertinggi Uni Eropa. Hal ini disampaikan Direktur Utama PT. Jakarta Propertindo, Dwi Wahyu Daryono melalui siaran pers.

“Teknologi milik Fortum Finlandia telah terbukti sukses di Eropa dalam mengelola sampah menjadi listrik,” katanya.

Dwi menjelaskan, kapasitas pengolahan sampah ITF Sunter mencapai 2200 ton/hari dengan teknologi termal, sehingga residunya berupa abu hanya ± 20% dari total sampah yang diolah.

Teknologi ITF Sunter ini juga dilengkapi dengan Turbine yang mampu mengonversi energi termal menjadi energi listrik.

“Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dan telah teruji di banyak kota besar di Eropa dan Asia,” ungkapnya.

Direktur Nasional Eksekutif Koalisi Wahana Lingkungan Indonesia (Kawali) Puput TD Putra mengatakan bahwa sudah saatnya DKI Jakarta mempunyai pengolahan di dalam kotanya sendiri.

“Jakarta tidak bisa terus-menerus mengirim sampahnya ke TPST Bantargebang. TPST Bantargebang hanya tersisa 4-5 tahun untuk menampung sampah dari Ibu Kota. Ini untuk menghindari dampak ekologis akibat TPA overload,” ujarnya.

Pembangunan ITF ini juga didukung oleh masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh kepala Lembaga Musyararah Kelurahan (LMK) Tanjung Priok, Jalaluddin.

Ia mengatakan bahwa warga sekitar lokasi pembangunan mendukung kegiatan pembangunan ITF Sunter. “Masyarakat ingin mendukung program Pemerintah dalam pengelolaan sampah,” katanya.#

View this post on Instagram

Dulu tempat pembuangan sampah, kamar mandi, wc di letakkan jauh dari rumah. Sebatas dibuang, ditimbun dan dijauhkan. Sama seperti rumah, cara pandang pengelolaan sampah juga harus berubah. Kita harus bertanggung jawab atas sampah kita sendiri, bukan sekadar “dibuang” jauh-jauh ke tempat yg tidak terlihat. Jakarta merupakan salah satu kota penghasil sampah yang paling produktif. Setiap hari kita mengirimkan 7.000 ton sampah ke TPST Bantargebang. Akhir tahun ini, sampah di sana menembus 80% kapasitas maksimumnya. Tumpukan sampah mencapai 30 meter, setinggi kaki Patung Pancoran. Diperkirakan tiga tahun lagi Bantargebang penuh dan tidak bisa menerima sampah dari Jakarta lagi. Masalah ini sudah kami identifikasi dua tahun lalu dan menjadi salah satu janji kerja ketika kampanye. Untuk pengolahan sampah, kami akan membangun Intermediate Treatment Facility (ITF). ITF dibangun di Jakarta agar efisien, jaraknya dekat, truk sampah ke Bantargebang berkurang. Alhamdulillah, hari ini janji tersebut mulai tunaikan dengan ground breaking ITF di Sunter. Dengan adanya ITF yang bisa mengolah 2.200 ton sampah per hari, maka ¼ beban sampah ke TPST Bantargebang berkurang. ITF ini menggunakan teknologi hijau terbarukan, ramah lingkungan, dan standar internasional. ITF sudah dimanfaatkan Finlandia, Singapura, Jepang, China, dll. Selain membangun ITF, Pemprov Jakarta tetap mengajak warga mengurangi sampah, memilah, memakai ulang, melalui berbagai cara. Misalnya 3R, Bank Sampah, TPST, komposting, dan sebagainya. #JKTBebasSampah

A post shared by Anies Baswedan (@aniesbaswedan) on

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru