BMKG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada 19 daerah di Indonesia yang tidak turun hujan selama lebih dari dua bulan hingga Juli 2024.
Hal tersebut awalnya dibagikan melalui akun Instagram resmi BMKG, @infobmkg pada Selasa (23/7/2024).
"Baru 45 persen Zona Musim Indonesia yang sudah masuk musim kemarau. Selebihnya masih mengalami musim hujan," tulis BMKG.
Data BMKG per 20 Juli 2024 menyatakan terdapat total 45 lokasi di Indonesia yang mengalami hari tanpa hujan dalam jangka waktu lebih dari 60 atau masuk kategori ekstrem panjang.
Ada 107 lokasi tidak hujan dalam waktu sangat panjang atau selama 31-60 hari. Kemudian, 64 lokasi tidak turun hujan selama 21-30 hari atau masuk kategori Hari Tanpa Hujan panjang.
BMKG memperkirakan awal musim kemarau 2024 terjadi di Indonesia pada Mei hingga Agustus 2024.
19 daerah Indonesia tak hujan
Kepala Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menuturkan terdapat 19 kabupaten/kota di Indonesia yang tidak mengalami hujan selama lebih dari dua bulan.
"Berdasarkan hasil pengamatan BMKG dan update kondisi iklim hingga Dasarian II Juli 2024, kondisi tanpa hujan selama lebih dari 60 hari terjadi di beberapa desa di 19 kabupaten/kota," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/7/2024).
Ardhasena mengungkapkan wilayah tersebut tersebar di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Masih Terasa Sejuk, Cek Info Cuaca Hari Ini di Jakarta, Rabu (24/7)
Menurut analisis BMKG, curah hujan pada Dasarian II Juli 2024 bervariasi dari kriteria rendah (71 persen), menengah (27 persen), dan tinggi-sangat tinggi (2 persen).
Analisis menunjukkan Madden-Julian Oscillation (MJO) tidak aktif pada Dasarian II Juli 2024. MJO baru aktif pada benua maritim meliputi Indonesia, Filipina, dan Papua Nugini bagian timur pada Dasarian III Juli.
Sementara gelombang Kelvin dan Equatorial Rossby diprediksi aktif di wilayah Indonesia bagian utara, tengah, timur, serta sebagian kecil bagian selatan.
Aktifnya MJO dan gelombang atmosfer itu berkaitan dengan potensi peningkatan pembentukan awan hujan.
"Wilayah yang mengalami Hari Tanpa Hujan berturut-turut terpanjang adalah Kota Kupang yang tidak mengalami hujan selama 92 hari," lanjut Ardhasena.
Berikut rincian wilayah-wilayah tersebut:
Jawa Timur
- Kota Probolinggo (90 hari)
- Kabupaten Probolinggo (90 hari)
- Jember (87 hari)
- Kediri (87 hari)
- Pasuruan (86 hari)
- Situbondo (86 hari)
- Banyuwangi (85 hari)
- Blitar (85 hari)
- Mojokerto (85 hari)
- Tulungagung (85 hari)
- Bangkalan (> 60 hari)
Baca Juga: China Bersiap Menghadapi Dua Badai Tropis Setelah Banjir Bandang yang Mematikan
Nusa Tenggara Barat
- Lombok Timur (88 hari)
- Bima (85 hari)
- Dompu (85 hari)
Nusa Tenggara Timur
- Kota Kupang (92 hari)
- Belu (91 hari)
- Sumba Timur (89 hari)
- Sabu Raijua (76 hari)
- Kabupaten Kupang (64 hari)
Namun, Ardhasena menekankan, tidak semua wilayah di kabupaten atau kota tersebut yang mengalami kondisi kering.
Berisiko kebakaran di daerah tidak hujan
Ardhasena melanjutkan, wilayah yang mengalami hari tanpa hujan (HTH) lebih dari dua bulan dikategorikan sebagai ekstrem panjang.
"Berpotensi mengalami kekeringan meteorologis (berupa) kekurangan curah hujan," tuturnya.
Kondisi tersebut berdampak pada berkurangnya ketersediaan air tanah, kekeringan pada lahan pertanian, serta potensi lain seperti kebakaran hutan atau lahan.
Terkait hal tersebut, BMKG telah memberikan Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis dengan status awas untuk beberapa daerah di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tengara Timur.
Ardhasena memberikan rekomendasi hal yang dapat dilakukan oleh warga di wilayah-wilayah yang tidak mengalami hujan selama lebih dari 60 hari.
Wilayah ini juga berpotensi mengalami peluang curah hujan rendah atau dengan kapasitas kurang dari 20mm dalam beberapa waktu ke depan.
"Meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian kebakaran hutan, lahan, dan semak, terutama pada wilayah yang teridentifikasi sebagai wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan," imbau dia.
Baca Juga: Udara Makin Dingin, Simak Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini, Rabu (24/7)
Menurutnya, warga juga perlu mengadopsi metode pertanian yang lebih tahan terhadap kondisi kering di wilayah yang tanpa hujan dalam waktu lama. Contohnya, budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air.
"Hemat penggunaan air bersih dalam kehidupan sehari-hari," tambah dia.
Ardhasena juga mengajak masyarakat Indonesia selalu memperbarui informasi terkini terkait kondisi cuaca dan iklim melalui berbagai kanal media sosial resmi BMKG dan aplikasi InfoBMKG.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "19 Daerah Tak Hujan Lebih dari 2 Bulan, BMKG Sebut Potensi Kebakaran"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News