Peristiwa

BMKG Sebut Indonesia Alami Kemarau Basah, Apa Itu?

Kamis, 15 Mei 2025 | 05:45 WIB Sumber: Kompas TV
BMKG Sebut Indonesia Alami Kemarau Basah, Apa Itu?

ILUSTRASI. Meski secara kalender sudah memasuki musim kemarau, tetapi sejumlah wilayah di Indonesia justru masih sering diguyur hujan. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso


BMKG - Meski secara kalender sudah memasuki musim kemarau, tetapi sejumlah wilayah di Indonesia justru masih sering diguyur hujan.

Fenomena ini bukan tanpa sebab. Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia sedang mengalami kemarau basah.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan, kemarau basah adalah kondisi ketika musim kemarau tetap diwarnai oleh hujan yang cukup signifikan. 

Biasanya, musim kemarau identik dengan cuaca panas dan langit cerah.

Namun, pada kemarau basah, kelembapan udara tetap tinggi, sehingga hujan masih sering turun.

“Kemarau basah adalah fenomena tidak biasa yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak stabil,” ujar Guswanto dikutip dari Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

Pihak BMKG mencatat sejumlah dinamika atmosfer yang turut berkontribusi terhadap kemunculan kemarau basah tahun ini. 

Baca Juga: BMKG Catat Suhu Tertinggi Tembus 37 Derajat Celcius Saat Kemarau, Ini Penyebabnya

Beberapa di antaranya adalah adanya sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, dan Low Frequency.

Kondisi ini menyebabkan awan-awan hujan tetap terbentuk dan menurunkan hujan di beberapa wilayah meskipun secara umum sudah memasuki musim kemarau.

Guswanto menjelaskan, fenomena kemarau basah tidak terjadi merata di seluruh Indonesia.

Wilayah yang paling terdampak adalah daerah dengan pola hujan monsunal, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

“Terutama wilayah yang pola hujannya monsunal, yaitu di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” katanya.

Wilayah dengan pola hujan monsunal biasanya memiliki dua musim yang sangat jelas: musim hujan dan musim kemarau, serta hanya satu puncak hujan dan satu puncak kemarau (unimodal). 

Namun pada tahun ini, pola tersebut terganggu oleh kehadiran hujan selama musim kemarau.

Baca Juga: Indonesia Hadapi Siklon Errol dan siklon 97S, Begini Ramalan BMKG

Pihak BMKG memperkirakan kemarau basah akan berlangsung hingga Agustus 2025.

Setelah itu, Indonesia diprediksi memasuki masa pancaroba pada September hingga November, sebelum musim hujan kembali tiba pada Desember 2025 hingga Februari 2026.

Kemarau basah berpotensi menimbulkan dampak di berbagai sektor.

Di bidang pertanian, misalnya, pola tanam bisa terganggu karena petani biasanya mengandalkan prediksi musim untuk menanam dan panen. 

Di sisi lain, kondisi lingkungan juga bisa terpengaruh, termasuk potensi banjir di wilayah yang tidak siap menerima curah hujan saat musim kemarau.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru