Buka Wawasan Pemasaran Petani Milenial, Kementan Studi Banding di Yogyakarta

Sabtu, 26 Maret 2022 | 20:35 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Buka Wawasan Pemasaran Petani Milenial, Kementan Studi Banding di Yogyakarta

ILUSTRASI. PROGRAM YESS: Koordinator Kelompok Penyelenggaraan Pendidikan Pusdiktan BPPSDMP, Inneke Kusumawaty dan Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana pada kegiatan studi banding Program YESS di DI Yogyakarta


PERTANIAN -  JAKARTA. Indonesia saat ini membutuhkan petani milenial yang memiliki jiwa wirausaha tinggi untuk mendorong peningkatan produksi pangan nasional ke depan. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kerapkali menekankan pentingnya pengembangan SDM pertanian untuk mengoptimalkan sektor pertanian ke depan, sebagai subsektor ekonomi yang paling menjanjikan karena akses pasarnya yang sudah terbuka lebar.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mengatakan petani yang memiliki jiwa wirausaha tinggi yang akan mampu menggenjot produktivitas sehingga ke depan, produk kita bertambah bahkan bisa diekspor dan diterima di pasar internasional.

"Saat ini semakin banyak milenial yang terjun ke pertanian, namun tak jarang yang jatuh bertumbangan karena kurangnya skill analisa pasar," katanya dalam keterangannya, Sabtu (26/3). 

Baca Juga: Bawang Merah Surplus, Kementan: Tak Perlu Ada Impor

Dengan melakukan analisa pasar yang baik dan tepat, akan lebih memahami kondisi pasar yang sesungguhnya sehingga strategi memasarkan produk akan berjalan baik, sehingga keuntungan pun meningkat.

"Pemerintah dalam hal ini Kementan selalu siap untuk mendampingi dan memfasilitasi generasi milenial yang ingin sukses menggali dan mengelola sektor pertanian," kata Dedi Nursyamsi.

Dia juga meminta seluruh insan pertanian, khususnya generasi milenial untuk cermat melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut menjadi peluang bisnis.

"Petani milenial harus bisa memanfaatkan industri 4.0 untuk kepentingan pertanian. Mereka harus menguasai inovasi teknologi pertanian, peluang pasar, bila perlu melakukan market intelligence untuk menentukan pasarnya," kata Dedi.

Salah satu program Kementan yang fokus pada pengembangan SDM pertanian adalah Youth Enterpreneur and Employment Support Services (YESS)  yang  fokus mencetak generasi milenial pertanian yang andal, kreatif, profesional inovatif dan unggul tentunya dalam mewujudkan wirausaha muda pertanian. 

Guna membuka wawasan tentang peluang pasar, Program YESS mengajak seluruh pelaksana di pusat maupun daerah seperti District Implementation Team (DIT), District Coordination Team (DCT) juga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di wilayah sasaran Program YESS melakukan studi banding antar provinsi ke DI Yogyakarta pada 23 - 25 Maret 2022.

Baca Juga: BPDPKS: Subisidi Minyak Goreng Curah Bisa Mencapai Rp 7,28 Triliun

Kegiatan studi banding selama tiga hari dimulai dengan  mengunjungi pasar lelang cabai di Kabupaten Sleman. Peserta dapat melihat metode yang digunakan di pasar lelang dan dapat diaplikasikan di daerah masing-masing. 

Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Heru Saptono saat kunjungan mengatakan bahwa pasar lelang cabai merupakan salah satu kegiatan dari perkumpulan petani hortikultura Sleman sejak 2017. 

Ketua Pasar Lelang Cabai, Inokin mengatakan bahwa saat ini sudah ada 14 titik kumpul di Kabupaten Sleman. “Saat ini para peserta lelang melakukan kegiatan lelangnya melalui aplikasi panen.id.”

Selanjutnya, peserta diajak mengunjungi Taman Teknologi Pertanian di Kabupaten Gunung Kidul, yang didaulat menjadi pilot project pembangunan Taman Teknologi Pertanian di Indonesia.

Baca Juga: Kementan Maksimalkan Pemanfaatan Internet of Things untuk Pikat Milenial

Wakil Bupati Gunung Kidul, Heri Susanto mengatakan Taman Teknologi Pertanian di Desa Nglanggeran  berhasil membangun model percontohan kawasan pertanian terpadu dengan memanfaatkan inovasi teknologi modern berbasis kakao, kambing, dan sumber daya lokal dan konsep agro widya wisata. 

“Ini merupakan potensi yang sangat luar biasa bagi kami masyarakat gunung kidul,” kata Heri Susanto.

Peserta studi banding juga diajak berkeliling melihat Teaching Factory (TeFa) di Polbangtan YoMa. TeFa merupakan model pembelajaran dalam suasana sesungguhnya untuk menumbuhkan kemampuan kewirausahaan peserta didik yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri (DuDi) untuk menghasilkan produk yang sesuai tuntutan pasar.

Menutup rangkaian kegiatan studi banding, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP (Pusdiktan) Idha Widi Arsanti mengatakan kegiatan tersebut selain bertujuan sebagai sarana pembelajaran, juga menjadi ajang untuk membuka jejaring kerjasama dan peluang kemitraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru