Namun, kata Bambang, untuk saat ini, dalam skenario terburuk yang dibuat, wilayah pesisir selatan Blitar adalah yang paling cepat terhempas gelombang tsunami yaitu dalam hitungan 20 menit sejak terjadinya gempa bumi yang memicu tsunami.
Bambang menggarisbawahi pentingnya semua pihak terkait menyikapi kajian yang dilakukan BMKG dengan membangun kesiapan melakukan mitigasi jika bencana benar terjadi.
"Sekarang data kami seperti ini. Yang lebih penting bagaimana kita memiliki kesiapan menghadapi potensi bencana. Kalau kami punya data seperti ini dan tidak memberikan peringatan, salah juga kami," ujar dia.
Jangan panik, tapi waspada
Bambang mengatakan, berdasarkan data yang terpantau memang terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah selatan Jawa Timur sejak awal 2021 hingga saat ini.
Namun, dia meminta agar peringatan yang disampaikan BMKG tidak direspons dengan kepanikan, tapi meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi kemungkinan terburuk.
Baca Juga: Gempa magnitudo 5,6 guncang Talaud Sulut, tidak berpotensi tsunami
Bambang kembali menyampaikan koreksi istilah yang digunakan terkait ramainya pemberitaan gempa bumi yang bisa memicu tsunami di selatan Jawa Timur.
Menurutnya, apa yang BMKG berikan bukan prediksi, tapi potensi terjadinya gempa bumi di selatan Jawa Timur yang bisa memicu tsunami.
"Potensi itu bisa terjadi, bisa tidak," ujar dia.
Terkait bencana gempa bumi dan tsunami, kata Bambang, sudah menjadi fakta banyak wilayah Indonesia yang rawan diguncang gempa bumi dan tsunami.
"Hal ini harus kita terima bersama dan bagaimana kita beradaptasi dengan lingkungan alam kita, yaitu dengan membangun kesiapan menghadapi potensi tersebut," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan 24 Menit, Tsunami yang Berpotensi Terjadi di Selatan Laut Jatim Bisa Capai Pantai Blitar Dalam 20 Menit"
Penulis : Kontributor Blitar, Asip Agus Hasani
Editor : Robertus Belarminus
Selanjutnya: Penyebab gempa Malang menurut peneliti bencana ITS Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News