Curhat Camat Pademangan soal wilayahnya yang kini zona merah covid-19

Selasa, 19 Mei 2020 | 09:11 WIB Sumber: Kompas.com
Curhat Camat Pademangan soal wilayahnya yang kini zona merah covid-19

ILUSTRASI. Petugas medis berpose usai memeriksa kesehatan tunawisma di ruang penampungan, GOR Ciracas, Jakarta Timur, Senin (3/5/2020). Berdasarkan data dari penampungan tuna wisma GOR Ciracas, sebanyak 68 tuna wisma di lokasi tersebut sudah dipindahkan ke sejumlah


DKI JAKARTA - JAKARTA. Kecamatan Pademangan merupakan salah satu dari zona merah Covid-19 di DKI Jakarta. Jumlah pasien positifnya pun terbilang sangat tinggi, yakni mencapai 150 pasien ditambah 72 orang lainnya yang masih harus menunggu hasil dari swab test.

Angka tersebut membuat aparat di Kecamatan harus ekstra ketat dalam mengawasi warga agar yang terinfeksi virus corona tak semakin bertambah. Camat Pademangan Mumu Mujtahid kemudian menceritakan bagaimana awal dari penyebaran Covid-19 di wilayahnya.

Cluster pertama Covid-19 di Pademangan bermula dari seorang warga RW 011 Pademangan Barat yang merupakan jemaah tabligh akbar dan baru pulang dari salah satu negara terjangkit, yakni India.

Baca Juga: Ini 10 kelurahan di Jakarta dengan kasus virus corona terbanyak

Ketika pulang, warga tersebut tidak menjalankan protokol kesehatan sebagaimana mestinya warga yang baru pulang dari negara terjangkit.

"Yang bersangkutan ini beraktivitas enggak sesuai protokol kesehatan Covid-19. Artinya masih beraktivitas di masjid, masih ke mana-mana berinteraksi dengan warga lain," kata Mumu kepada Kompas.com, Senin (19/5/2020) malam.

Waktu itu, belum diketahui bahwa warga tersebut terinfeksi virus corona. Sampai suatu ketika, ia menjenguk kakaknya yang berada di rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Mulai dari situ, aparat dari Kecamatan Pademangan bersama dengan puskesmas melakukan tracing penyebaran virus.

Dari hasil tracing di RW 011 tersebut, ternyata sudah cukup banyak warga yang tertular. Melihat fakta tersebut, pada tanggal 6 April 2020 seluruh perangkat Kecamatan Pademangan kemudian sepakat melakukan rapid test massal di wilayah mereka.

Namun upaya tersebut nyatanya tak mendapat sambutan baik di tengah masyarakat. Di hari pertama penyelenggaraan rapid test massal, hanya 14 orang yang bersedia diperiksa.

"Kan banyak juga yang enggak mau di rapid test, mereka takut dikucilkan atau apalah. Kemudian saya bilang enggak apa-apa, tapi bikin surat pernyataan kalau sakit tidak perlu diurus pemerintah. Akhirnya enggak ada yang berani," ucap Mumu.

Akhirnya, warga mulai bersedia mengikut rapid test yang rutin dilaksanakan setiap hari hingga saat ini. Mumu mengatakan, hal itu mereka lakukan karena akan jauh lebih mudah menangani pasien positif yang masih tanpa gejala ketimbang baru ketahuan sudah sakit-sakitan.

"Jadi saya tidak takut kalau Kecamatan Pademangan wah angkanya tinggi, saya pikirannya enggak begitu. Saya demi melindungi warga saya, penanganannya bakal lebih mudah ketika mereka masih sehat," ucap dia.

Editor: Yudho Winarto

Terbaru