Di NTT, wisata kampung adat mulai dikembangkan

Senin, 25 Mei 2015 | 13:57 WIB Sumber: Kompas.com
Di NTT, wisata kampung adat mulai dikembangkan

ILUSTRASI. Obligasi.


KUPANG. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengatakan kampung dan rumah adat dengan arsitektur tradisional di daerah berbasis kepulauan ini telah menjadi obyek wisata baru.

"Ini yang kini kami kembangkan di NTT guna menciptakan pasar wisata baru dengan target pasar wisata yang tadinya transaksi ekonomi, kemudian bergeser menjadi transasksi sosial, karena ada akselerasi budaya," katanya di Kupang, Senin (25/5), terkait pasar pengembangan obyek wisata baru di NTT.

Mantan kepala biro ekonomi Setda Provinsi NTT itu mengatakan saat ini pasar wisata tidak hanya berdimensi pasar ekonomi, tetapi pasar sosial, karena ada interaksi antara orang, bangsa dan etnik yang sangat penting untuk menciptakan kesatuan sebagai warga yang nyaman.

"Jadi 'tourism culture' atau budaya wisata harus menjadi bagian dari budaya masyarakat NTT. Karena di sana saling menghargai, di sana saling mengenal budaya satu sama lain, di sana saling meniru atau berakselerasi antara budaya, antara bangsa, antara etnik, antara agama dan lain sebagainya," katanya.

Untuk maksud tersebut, kata dia, pihaknya segera melakukan terobosan di sektor pariwisata, dengan mengembangkan konsep pariwisata perdesaan terutama destinasi kampung adat dan rumah tradisional.

Dia menyebut Kampung Adat Namata di Kudji Ratu Kabupaten Abu Raijua terdapat batu megalitik, rumah adat, dan pepohonan yang sakral.

"Untuk bisa masuk ke dalam kampung adat, harus minta izin pada penjaga pintu. Dan proses minta izin harus menggunakan bahasa adat. Oleh karena itu kita tidak bisa pergi sendirian ke sana, namun harus mengajak orang yang memahami seluk beluk dan bahasa/syair adat," katanya.

Di Kampung Adat Kudji Ratu, pengunjung bisa melihat-lihat batu megalitik yang tersusun rapi. "Demikian juga kita bisa melihat rumah adat Sabu yang masih asli." katanya.

Pada bulan-bulan atau peristiwa tertentu, bisa menyaksikan adanya upacara adat yang dilakukan di perkampungan tersebut.

Seperti Upacara Perkabungan apabila ada anggota pemangku adat (mone ama) yang meninggal, upacara mengusir bala penyakit, upacara menurunkan hujan, dan upacara lainnya.

"Selain itu, untuk bisa masuk ke dalam Kampung Adat Kudji Ratu, maka kita harus menggunakan pakaian adat (selimut atau sarung motif Sabu) yang sudah harus mempersiapkannya dari rumah. Tetapi jika tamu tidak mempunyai, maka tidak perlu kuatir karena di pintu masuk Kampung telah disediakan selimut/sarung yang disewakan oleh warga sekitar kepada para pengunjung," katanya.

Di samping itu, di dalam kampung adat ini pengunjung bisa menikmati segarnya air kelapa muda dicampur gula sabu.

Untuk akomodasi dan penginapan yang paling dekat dengan lokasi perkampungan adat ini yakni hotel Rai Hawu. Jarak dari hotel Rai Hawu ke kampung adat Kudji Ratu sekitar 3-4 km.

Namun de­mikian bisa juga tamu menginap di penginapan sekitar Seba yang cukup ter­jangkau harganya. Karena jarak dari Seba ke Kudji Ratu tidak terlam­pau jauh (sekitar 15 km) artinya memerlukan waktu tem­puh 30 menit jika meng­gun­akan se­peda motor atau mobil.

Sedangkan untuk kuliner, di sekitar lokasi Kudji Ratu tidak terdapat warung ataupun restauran. Oleh karena itu biasanya para pengunjung turun untuk makan di Kota Seba. Namun demikian di sekitar lokasi Kudji Ratu terdapat pohon kelapa masyarakat.

Untuk mencapai lokasi wisata Kampung Adat Kudji Ratu, pengunjung bisa menggunakan sepeda motor atau mobil. Jarak tempuh dari Kota Seba ke Kudji Ratu sekitar 15 kilo meter, sehingga membutuhkan waktu selama 30 menit. Kita bisa meminjam/rental motor atau mobil milik masyarakat dengan harga yang cukup terjangkau, yakni untuk motor seharga 200.000/hari dan mobil seharga 500.000/hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru