TEMPE - JAKARTA. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, perajin tahu-tempe akan melakukan aksi mogok produksi.
Ini menyusul kenaikan harga kedelai global yang membuat biaya produksi melonjak.
Menurut Aip, aksi mogok tidak dilakukan secara nasional tapi hanya wilayah DKI dan sekitarnya.
"Mogok produksi dilakukan mulai tanggal 21-23 Februari 2022. Minggu depan," kata Aip dikutip dari Tribunnews.com, Selasa (15/2/2022).
Ia memastikan aksi mogok produksi ini akan berimbas pada kelangkaan tahu dan tempe di pasaran.
"Yang sudah pasti itu Jakarta dan Bodetabek. Sementara daerah lain masih melakukan konsolidasi," imbuh dia.
Baca Juga: Produksi Kedelai Lokal Bisa Turun 50% dari Target
Aip menambahkan, pihaknya terpaksa menaikkan harga jual tahu-tempe seiring melonjaknya harga kedelai.
Ia menilai, harga kedelai terus mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Harga komoditas pangan ini pun sangat tergantung dengan harga dunia.
"Kenapa tergantung dunia karena kebutuhan kedelai kita sebanyak 3 juta ton, itu hanya sekitar 10 persen produk dalam negeri, 90 persen impor. Jadi harga kedelai dalam negeri dipengaruhi betul oleh harga kedelai impor," papar Aip.
Aip menjelaskan, saat ini harga kedelai sudah Rp 11.000 per kilogram, di mana harga itu dapat lebih tinggi jika sudah berada di daerah-daerah.
"Harga kedelai Rp 11 ribu itu untuk di Jakarta saja. Kami itu produsen tempe tahu, tidak seperti usaha lain, untungnya hanya untuk makan saja, kulturnya memang begitu," jelas dia.
Sebab itu, kata Aip, harga tempe di tingkat masyarakat nantinya bisa Rp 6.000 per potong atau ukuran 300 gram, dari saat ini Rp 5.000.
"Naiknya tidak seberapa, hanya Rp 1.000, kami tukang tempe sama tahu ini hanya sekadar bisa bertahan hidup saja, agar bisa makan," tutur Aip.
Gangguan Suplai
Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan, menjelaskan faktor kenaikan harga kedelai dunia. Ia menilai kondisi kedelai saat ini terjadi karena gangguan suplai.
"Saya melihat di Brazil terjadi penurunan produksi kedelai. Awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia," ujar Oke.
Faktor lainnya yakni lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mencapai 7 persen.
Kenaikan biaya sewa lahan dan ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai turut mendorong petani kedelai di AS menaikkan harga.
"Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau sekitar Rp 11.240 per kilogram (kg) kalau di tingkat importir dalam negeri," kata Oke.
Harga kedelai diprediksinakan terus naik hingga bulan Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dollar AS per bushel. Penurunan harga baru akan terjadi pada Juli 2022 ke angka 15,74 dollar AS per bushel di tingkat importir.
Baca Juga: Kemendag Pastikan Stok Kedelai Aman Hingga Dua Bulan ke Depan
Oke menegaskan, kenaikan harga kedelai dunia akan mempengaruhi harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe di dalam negeri.
"Hal ini akan mempengaruhi ujungnya adalah harga produk turunan dari kedelai, yang utama di sini adalah harga tempe dan tahu," ujar Oke.
Stok kedelai diimportir saat ini sekitar 140.000 ton pada Februari dan akan masuk lagi 160.000 ton.
Oke mengatakan, pemerintah tetap menjaga ketersediaan kedelai walaupun harganya tengah melonjak.
"Kami paham kedelai ini menjadi salah satu barang pokok yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi tahu dan tempe," kata Oke.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu-Tempe di Jabodetabek Akan Mogok Produksi Selama 3 Hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News