DENPASAR. Keberadaan petani rumput laut di Desa Lembongan, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali semakin tahun berkurang dan beralih pekerjaan menjadi tukang bangunan.
"Petani rumput laut di desa kami semakin tahun jumlahnya berkurang, karena mereka beralih pekerjaan menjadi buruh bangunan maupun bekerja di tempat lain," kata Ketua Petani Rumput Laut yang juga inisiator Satya Posana Nusa (SPN) Desa Lembongan Wayan Suarbawa di Lembongan, Bali, Kamis (9/4).
Ia mengatakan para petani rumput laut yang sepenuhnya menekuni pekerjaan ini sebagian besar warga yang sudah berumur, sedangkan generasi muda yang berkecimpung mau menjadi petani rumput laut sangat sedikit.
"Yang menekuni petani rumput laut sebagian besar kaum tua, sedangkan generasi muda yang terjun menjadi petani sangat sedikit. Para generasi muda sebagian besar menekuni profesi di sektor pariwisata dan pekerjaan lainnya," tutur alumnus Antropologi, Universitas Udayana.
Suarbawa mengatakan saat ini kelompok petani rumput laut yang dibentuk sekitar tahun 2002 sebanyak 40 orang, namun yang masih aktif sekitar 30 orang.
"Mereka sebagian besar pekerjaan pokoknya sebagai tukang bangunan, hanya menjadi petani rumput laut sebagai pekerjaan sambilan," ujarnya.
Ia mengatakan pada musim panen rumput laut harganya anjlok. Saat ini saja rumput laut kering dengan kadar air berkisar 40 persen hingga 45 persen harganya Rp5.500 per kilogram.
"Dengan harga rumput laut seperti itu, dibanding dengan biaya bibit dan tenaga hasilnya tidak terlalu mengembirakan. Karena itulah warga yang menekuni petani rumput laut hanya sebagai pekerjaan sampingan. Terlebih daerah kami mulai berkembang menjadi daerah pariwisata," ucapnya.
Suarbawa mengatakan Pemerintah Kabupaten Klungkung melalui dinas terkait sudah melakukan beberapa terobosan untuk mengelola rumput laut menjadi olahan berupa makanan maupun kosmetik, seperti sabun.
"Warga kami sudah pernah mendapatkan pelatihan melalui program pemberdayaan dalam pengelolaan rumput laut menjadi olahan makanan, seperti dodol rumput laut, kripik rumput laut, maupun alat kecantikan berupa sabun," katanya.
Namun demikian, kata dia, petani rumput laut tetap saja tidak bisa meningkatkan penghasilannya dari budidaya rumput laut tersebut. Perekonomian mereka dari hasil rumput laut hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup saja.
"Kami sebagai ketua kelompok petani rumput laut terus melakukan suatu terobosan, mulai dari proses penjemuran rumput tersebut agar menghasilkan kualitas bagus dan ekspor. Namun tidak semua petani bisa mengikuti harapan itu. Mereka masih saja menjemur tradisional dengan cara menyemaikan di atas rumput atau pasir, sehingga kualitasnya pun tak standar," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News