JAKARTA. Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Sumatera Selatan meminta pemerintah memperhatikan kesejahteraan petani karet yang saat ini mengalami kesulitan ekonomi, akibat anjloknya harga jual komoditas tersebut.
Ketua Gapkindo Sumsel Alex K Eddy mengatakan, pemerintah diharapkan memberikan bantuan secara langsung ke petani seperti pemberian beras murah.
"Saat ini petani demikian terpuruk, bisa dikatakan mereka sudah masuk kategori miskin. Bantuan secara langsung yang saat ini ditunggu dari pemerintah, seperti sembako murah, pengobatan gratis, dan lainnya," kata Alex, Selasa (29/9).
Ia mengemukakan, saat ini pendapatan yang diperoleh dari menjual getah karet tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Harga karet di tingkat petani hanya berkisar Rp 5.000 per kg, sementara hasil sadapan paling banyak 20 kg setiap harinya. Jadi mereka hanya mendapatkan sekitar Rp 100.000 per hari, dan itu pun harus dibagi 50% ke pemilik lahan," kata dia.
Menurutnya, petani karet membutuhkan "obat" jangka pendek untuk tetap bertahan, sembari mengharapkan pemerintah mencari solusi agar harga karet tidak jatuh di pasaran.
"Jika menunggu membaiknya perekonomian dunia, tidak ada yang bisa memastikan kapan ini akan berakhir. Sementara, kehidupan petani karet semakin terpuruk, dibutuhkan kebijakan pemerintah untuk menyentuh mereka," kata dia.
Ia mengharapkan, pemerintah bekerja keras untuk merealisasikan hilirisasi karet dengan mendorong investor masuk ke dalam negeri.
"Indonesia tidak bisa lagi hanya bergantung pada serapan ekspor, harus juga ada upaya untuk menyerap sendiri produksi petani karet sehingga di saat pelemahan ekonomi masih bisa bertahan," kata dia.
Anwar, petani karet Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir mengatakan harga getah karet bongkahan anjlok sejak awal tahun dari Rp 7.000 menjadi hanya Rp 6.300 (kering 100%) dan Rp 5.300 per kg (masih basah dengan masa pengeringan dua hari).
"Saat ini sulit, lahan banyak dibiarkan petani karena harga jatuh. Sebagian besar petani saat ini menjadi buruh di kebun sawit. Petani mengharapkan pemerintah mengatasi masalah harga jatuh, bukankah dulu pemerintah juga yang menyuruh untuk menanam karet," kata dia.
Menurut Alex K Eddy, harga karet di tingkat petani melorot akibat pengaruh krisis ekonomi global yang berimbas dengan penurunan permintaan di pasar dunia.
"Pada 2011, harga karet sempat berada di kisaran Rp 25.000 per kg seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Tiongkok yakni 9,2%," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News