Guru Besar IPB Sebut Riset Aksi Holosentrik Jadi Solusi Pembangunan Pertanian

Kamis, 19 Mei 2022 | 16:30 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Guru Besar IPB Sebut Riset Aksi Holosentrik Jadi Solusi Pembangunan Pertanian

ILUSTRASI. Buruh tani membawa padi hasil panen di areal persawahan Kepuh, Karawang, Jawa Barat, Jumat (11/2/2022). Guru Besar IPB Sebut Riset Aksi Holosentrik Jadi Solusi Pembangunan Pertanian.


AGRIBISNIS -  BOGOR. Riset aksi holosentrik sangat mendorong lahirnya kerja sama pemerintah, peneliti dan petani dalam kerangka kerja kolaboratif dengan berorientasi pada pemecahan masalah-masalah pertanian di lapangan. 

Institut Pertanian Bogor (IPB) diharapkan bisa menjadi institusi pendidikan yang mendorong riset aksi holosentrik ini sebagai solusi dalam memecahkan kebuntuan sektoralisme pada program pembangunan pertanian di Indonesia yang selama ini masih menggunakan pendekatan teknosentrik. 

Hal ini disampaikan oleh Profesor Hermanu Triwidodo dalam orasi ilmiah berjudul Riset Aksi Holosentrik untuk Mengatasi Ledakan Hama pada penetapan guru besar IPB yang dibacakannya, Kamis (19/05/2022). 

“Riset aksi holosentrik ini bisa menjadi inovasi pendekatan dalam mengatasi kasus-kasus ledakan hama yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Riset aksi holosentrik bisa menjadi prototype riset untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia,” kata Hermanu dalam keterangannya, Kamis (19/5). 

Baca Juga: Kembangkan Inovasi Pangan, Bukit Asam Usung Program “Ruang Rural”

Sebagai peneliti yang bergelut secara langsung di lapangan bersama petani selama lebih dari tiga dekade, Hermanu melihat pendekatan teknosentrik masih menjadi pendekatan utama dalam melihat permasalahan pertanian. 

Ia mengatakan teknosentrik merupakan pendekatan yang digunakan dan menjadi dasar dari revolusi hijau. Implementasi pendekatan ini, kata dia, dilakukan dengan menerapkan paket teknologi yang dikembangkan oleh pusat kepakaran dengan cara pikir linier. 

Di sini, petani, kata Hermanu, hanya ditempatkan sebagai pengguna dari teknologi yang diproduksi oleh pusat kepakaran (center of excellence). Dalam hal ini, lanjutnya, permasalahan di lapangan didokumentasikan, dibawa dan diteliti hingga mendapatkan kesimpulan dan teknologi yang siap untuk diterapkan oleh para petani. 

“Pada pendekatan ini penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimiawi sintitek menjadi satu hal penting. Pendekatan ini secara nyata memiliki kelemahan dan memunculkan situasi gagal dengan terjadinya ledakan hama wereng coklat dan penggerek batang putih,” tutur pria kelahiran Tulungagung, 65 tahun silam ini.

Baca Juga: Penerima Program Pengembangan SDM yang Didanai BPDPKS Diminta Bangun Daerahnya

Dalam penerapan riset aksi Holosentrik, Hermanu menjelaskan peneliti tidak lagi mengambil jarak dengan petani, melainkan bersama petani untuk melakukan kajian. Di sinilah, kata dia, membuka ruang dan kesempatan kepada semua pihak untuk berkontribusi dalam upaya penyelesaian masalah secara konstruktif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru