Jabar gunakan pemodelan SimcovID untuk ukur angka reproduksi Covid-19

Senin, 01 Juni 2020 | 20:22 WIB   Reporter: Rahma Anjaeni
Jabar gunakan pemodelan SimcovID untuk ukur angka reproduksi Covid-19

ILUSTRASI. Peneliti melakukan formulasi Rapid Test CePAD Antigen di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/5/2020). Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Tekad Mandiri Citra dan Pakar Biome


VIRUS CORONA - JAKARTA. Ketua Divisi Perencanaan, Riset, dan Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar) Mohammad Taufiq Budi Santoso, mengatakan pihaknya mengukur angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19, dengan menggunakan pemodelan SimcovID (Simulasi dan Pemodelan Covid-19 Indonesia).

SimcovID sendiri, merupakan tim gabungan yang terdiri atas peneliti dari berbagai perguruan tinggi. Seperti ITB, Universitas Padjadjaran, YGM, UGM, ITS, UB, Undana, serta peneliti dari perguruan tinggi di luar negeri, yaitu Essex & Khalifa University, University of Southern Denmark, dan Oxford University.

Baca Juga: Sejumlah pabrik konsumer di Jawa Barat siap jalankan new normal

"Pemodelan SimcovID ini didasarkan pada metode Kalman Filter yang merupakan perpanjangan dari metode Bayesian Sequential. Pasalnya, metode ini adalah metode yang paling cocok untuk kondisi di Jawa Barat dan datanya pun tersedia," ujar Taufiq di dalam keterangan tertulis, Senin (1/6/).

Taufiq melanjutkan, ada tiga indikator dalam mengukur indeks reproduksi Covid-19 (Rt). Ketiga indikator tersebut adalah jumlah kasus positif aktif, jumlah kesembuhan, dan jumlah kematian berdasarkan waktu harian.

Ia juga mengklaim bahwa Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, selalu mempertimbangkan sains dan pendapat ahli dari Perguruan Tinggi yang ada di Jabar dalam mengambil keputusan.

Sebelumnya, diketahui bahwa angka Rt Jabar konsisten berada di angka 1 selama 14 hari. Bahkan Rt Jabar berada di angka 0,97 dalam dua hari terakhir.

Adapun berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka Rt kurang dari 1 selama 14 hari menjadi salah satu indikator dalam aspek epidemiologi untuk pelonggaran pembatasan sosial atau adaptasi kebiasaan baru (AKB).

AKB adalah istilah yang digunakan untuk memaknai new normal, atau kebiasaan baru bagi warga Jabar di masa pandemi selama obat dan vaksin Covid-19 belum ditemukan.

Di dalam kondisi ini, perilaku sehari-hari masyarakat berubah menjadi lebih higienis ketika diharuskan berdampingan dengan Covid-19. Kuncinya, terletak pada protokol kesehatan yang ketat dan tingkat kewaspadaan individu yang tinggi sehingga dapat membantu menjalankan hidup aman, sehat, dan produktif.

Editor: Yudho Winarto

Terbaru