SIBOLGA. Presiden Joko Widodo yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi tiba di Tapanuli Tengah untuk melakukan kunjungan kerja, Kamis (23/3).
Pesawat Kepresidenan RJ-85 yang membawa Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana bersama rombongan tiba di Bandara Dr Ferdinand Lumban Tobing, Pinang Sori, Kabupaten Tapanuli Tengah, pada pukul 18.22 WIB.
Presiden ke Tapanuli Tengah melanjutkan kunjungan kerjanya usai meninjau Waduk Sei Gong dan menyerahkan Kartu Indonesia Pintar, Pemberian Makanan Tambahan, Program Keluarga Harapan dan Kartu Indonesia Sehat di Kantor Kecamatan Galang, Kota Batam,
Di Tapanuli Tengah, Presiden dan Ibu Iriana akan bermalam di Kota Sibolga, ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelum esok harinya (Jumat 24/3) melanjutkan kunjungan kerja menuju Kecamatan Barus, untuk meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara dan juga melakukan pembagian makanan tambahan (PMT).
Turut menyertai Presiden dan Ibu Iriana dalam penerbangan dari Batam menuju Tapanuli Tengah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Hendri Susanto Tobing, saat ditemui wartawan di lokasi monumen, mengatakan bahwa kedatangan Presiden Joko Widodo ini merupakan momentum luar biasa karena dapat memonumentalkan peradaban titik nol agama di Indonesia.
"Doa kami terjawab atas kedatangan Presiden Jokowi ditandai meresmikan titik nol peradaban penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus," kata Hendri.
Dia mengungkapkan bahwa berdasarkan sejarah, bahwa penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan ada situs yang membuktikan itu.
"Untuk muslim ada situs Mahligai, Situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad kelima Masehi. Diikuti perkembangan selanjutnya yang masuk melalui Timur Tengah melalui Tapanuli Tengah ke seluruh nusantara," kata Hendri.
Dia mengungkapkan bahwa Barus ini dulunya merupakan Bandar yang besar, sehingga banyak saudagar dari Timur Tengah masuk dari sini dan menyebarkan agama ke seluruh Nusantara.
Tentang konsep monumen ada tiang tiga yang menyangga bola dunia merupakan filosofi adat batak yang menjadi kearifan lokal masyarakat adalah Adat Dalihan Na Tolu.
Hendri mengungkapkan Dalihan Na Tolu yang berarti tungku yang berkaki tiga merupakan filosofi kedua dalam kehidupan masyarakat Batak esensinya terbagi tiga, yaitu Somba marhula-hula (Tulang), Elek marboru (Boru), dan Manat mardongan tubu (Semarga) yang tentunya memiliki hak dan kewajiban terstruktur dan bersifat tetap.
Somba Marhula-hula merupakan istilah pertama yang bermakna bahwa kita harus menghormati hula-hula kita yang merupakan saudara laki-laki dari pihak istri (Saudara laki-laki dari seorang perempuan).
Istilah kedua adalah Elek Marboru yang bermakna kelemah-lembutan dalam bersikap terhadap boru perempuan yang merupakan saudara perempuan kita.
Dan istilah ketiga adalah Manat Mardongan Tubu yang berarti bahwa kita harus akur terhadap saudara yang semarga dengan kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News