JAKARTA. Jumlah imigran gelap pencari suaka dari berbagai negara di Timur Tengah yang datang di Kota Batam Kepulauan Riau terus bertambah, hingga dikhawatirkan dapat mengganggu warga kota.
"Secara statistik, jumlahnya terus bertambah. Sekarang sudah ada 192 orang yang ditampung di Hotel Kolekta, belum lagi yang berada di tempat lain," kata Kepala Kantor Imigrasi Klas I Khusus Batam Agus Widjaja di Batam, Selasa.
Imigran terus berdatangan, menyerahkan diri ke Kantor Imigrasi Batam. Setiap kali Imigrasi mengantar imigran dari Kantor Imigrasi ke Hotel Kolekta, selalu ada imigran lain yang datang ke Kantor Imigrasi.
Pada 20 Oktober 2015, Kantor Imigrasi mencatat sebanyak 170 pencari suaka yang ditampung, dan pada 3 November, jumlahnya bertambah 20 orang.
Ia menduga, penanganan imigran yang baik oleh IOM di Batam, serta sikap terbuka masyarakat membuat imigran terus berdatangan.
"Mereka ini ilegal migran, pencari suaka yang datang dari mana-mana saja, dan dilindungi oleh PBB. Kantor Imigrasi tidak bisa menolak, meski kami kewalahan," kata dia.
Memang, pemerintah tidak menanggung biaya hidup pencari suaka karena seluruh kebutuhannya dipenuhi oleh IOM. Namun, keberadaan pencari suaka dikhawatirkan mengganggu kehidupan masyarakat.
"Membebani batam, karena Batam adalah daerah ekonomi khusus, dengan penanganan khusus," kata dia.
Para pencari suaka itu datang ke Batam mencari negara ke tiga yang dapat menampungnya. Dan waktu keberangkatan pencari suaka dan pengungsi ke negara ke tiga tidak bisa dipastikan.
"Kami tidak tahu sampai kapan," kata dia.
Di tempat yang sama, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menyatakan hingga saat ini keberadaan pencari suaka belum mengganggu lingkungan.
"Tapi kami takut ke depan mengganggu secara moral, narkoba. Saya sudah panggil lurah untuk memonitor keberadaan mereka," kata Ahmad Dahlan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
