Kawasan Industri Kendal, tumpuan untuk mendorong perekonomian

Jumat, 11 Januari 2019 | 11:24 WIB   Reporter: Benedicta Prima
Kawasan Industri Kendal, tumpuan untuk mendorong perekonomian


INFRASTRUKTUR DAERAH - KENDAL. Upaya agresif pemerintah membangun infrastruktur guna menarik investor kini dapat ditemui di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Setelah membuat jalan tol Jakarta-Surabaya, infrastruktur tambahan dibuat di atas tanah seluas 1.000 hektar.

Sebut saja Kawasan Industri Kendal (KIK) alias Kendal Industrial Park. Kawasan ini merupakan hasil kerja sama dua developer besar di Asia Tenggara, yakni Sembcorp Development Ltd dan PT Jababeka Tbk.

Hingga saat ini, sudah ada 50 perusahaan yang tertarik menguasai lahan di kawasan industri tersebut. Presiden direktur dan CEO KIK Stanley Ang merinci pada tahun 2018 sudah ada 48 perusahaan deal, ditambah dua perusahaan deal pada Januari 2019.

Di antara 50 perusahaan tersebut, tujuh sudah beroperasi, tiga perusahaan sedang proses membangun dan 12 perusahaan sedang mengurus administrasi seperti perizinan dan persiapan desain bangunan. "Jadi yang sudah 85% dari Indonesia, 7% singapura, Korea Selatan, Jepang dan Malaysia masing-masing 2%," jelas Stanley usai meninjau KIK, Kamis (10/1).

Perusahaan-perusahaan itu antara lain PT. Tat Wai Industries, PT. APP Timber, PT. Praya, PT. Ganda Sugih Arthaboga, Steel Fabricator Company, PT. Kendal Eco Furindo, dan PT Roda Maju Bahagia. Target investor sektor lainnya, yakni industri elektronika, otomotif, dan kimia dasar.

Stanley menargetkan, pada kuartal II-2019, investor akan tumbuh lebih kencang sebab kondisi akan lebih stabil. Investor dalam negeri tak lagi wait and see meliha kondisi politik, sedangkan kondisi perang dagang juga diperkirakan mereda.

Beberapa perusahaan, menurut Stanley, tertarik membangun usahanya di kawasan ini karena upah minimum regional (UMR) di Jawa Tengah yang cenderung rendah. Januari ini misalnya, ada dua perusahaan yang akan segera mengeksekusi usahanya di kawasan ini. Satu, industri baja yang merelokasi pabriknya, satu lagi industri pengemasan yang melakukan ekspansi.

Stanley juga mengakui, beberapa pengusaha tertekan dengan UMR yang lumayan tinggi di Karawang, Jawa Barat. Meskipun tak menjelasskan secara rinci, alasan tersebut membuat pengusaha merelokasi bisnisnya.

Di sisi lain, khusus untuk industri furnitur, Politeknik hasil kerjasama Indonesia dengan Singapura juga menjadi daya tarik bagi investor untuk menggunakan tenaga kerja siap pakai.

Selain pembangunan komponen inti dalam keberlangsungan industri dalam negeri, fase pertama pembangunan KIK meliputi lapangan golf, pusat kota, pusat belanja, marine city, pusat makanan, fashion hub, furniture hub, high-rise, perumahan, dan bungalow mewah.

Sedangkan bangunan untuk tiap perusahaan, KIK memberikan dua pilihan, lahan kosong atau bangunan pabrik yang sudah jadi.

Tumpuan Daerah

Bupati Kendal Mirna Annisa menumpukan harapan pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Industri Kendal. Menurutnya, pendapatan daerah akan meningkat dari berbagai pajak yang masuk. Selain itu, penyerapan tenaga kerja juga besar-besaran.

Bahkan, "Pengangguran sudah turun 14%, tahun ini semoga turun lagi. Pertumbuhan ekonomi juga kita harapkan dikisaran 12%," ungkap Mirna Annisa.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartato pun menargetkan penyerapan tenaga kerja di kawasan ini bisa mencapai 5000 orang. 2000 tenaga kerja sudah terserap di tahun 2018, dan diharapkan bertambah 3.000 pekerja di tahun 2019.

"Total investasi sekitar Rp 5 triliun, tahun 2019 ini sudah Rp 1,5 triliun. Tetapi yang penting tenaga kerja bisa sampai 5000," ungkap Airlangga usai meninjau kondisi pabrik PT Kendal Eco Furindo.

Di kesempatan yang sama, pemilik PT Kendal Eco Furindo, Andrew Kurniawan mengakui adanya KIK membuat usahanya bisa lebih kompetitif. Pasalnya, dari segi pembiayaan cenderung leih efektif. Apalagi area tersebut masuk dalam kawasan berikat sehingga bebas pajak. "Jadi untuk ekspor, ada keuntungannya, harga bisa kompetitif," jelas Andrew.

Dia berharap, fasilitas di KIK segera selesai dibangun. Utamanya fasilitas pelabuhan, supaya semakin mempermudah akses barang. Sejauh ini, di kawasan tersebut baru berdiri tujuh bangunan perusahaan, lahan kosong dan bangunan Politeknik Furnitur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .
Terbaru