Kembangkan Industri Dirgantara Nasional, Indonesia Butuh 2.000 Insinyur Penerbangan

Selasa, 22 November 2022 | 15:16 WIB   Reporter: Siti Masitoh
Kembangkan Industri Dirgantara Nasional, Indonesia Butuh 2.000 Insinyur Penerbangan

ILUSTRASI. Petugas Basarnas melihat Helikopter Medium Intermediate AS365 N3+ Dauphin seusai diserahterimakan dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kepada Basarnas di Hanggar Rotary Wing PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/12/2019).


INDUSTRI PENERBANGAN - BADUNG. Industri penerbangan dan dirgantara Indonesia memiliki prospek yang cerah dengan didukung kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 17.000 pulau.

Dengan demikian transportasi udara akan menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas nasional, serta penggerak utama perekonomian Indonesia.

Dekan Fakultas Teknik Mesin Dan Dirgantara (FTMD) ITB Ing Tatacipta Dirgantara mengatakan dibutuhkan setidaknya 2.000 insinyur penerbangan setiap tahun untuk mengembangkan industri dirgantara nasional.

Baca Juga: Airbus Incar Kesepakatan dengan Saudi untuk 40 Jet A350 Senilai US$12 Miliar

Seperti yang telah diketahui, pemerintah tengah mendorong revitalisasi industri kedirgantaraan sebagai salah satu langkah dalam rangka mencapai visi 2045 menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara maju.

“Sebetulnya sangat sederhana, dari kegiatan industri kedirgantaraan nasional, kira kira 80% itu diisi oleh berbagai bidang, dan insinyur dirgantara itu sebenarnya hanya butuh 20% atau sektiar 2.000,” ujar Ing dalam konferensi pers, Selasa (22/11).

Sayangnya, ITB hanya bisa memproduksi 100 hingga 125 lulusan insinyur penerbangan per tahunnya, jumlah yang sangat jauh dari sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan.

Baca Juga: Menperin: Industri Penerbangan dan Dirgantara Indonesia Punya Masa Depan Cerah

Dia mengatakan, adanya Kerjasama ITB dengan PT Dirgantara Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang bisa menjadi pusat kompetensi dalam merancang dan membangun pesawat, menjadi salah satu alasan untuk mengisi gap kekurangan SDM tersebut.

Terlibatnya ITB dalam penyusunan peta jalan menuju industri dirgantara di 2045 juga diharapkan bisa menjadi solusi bagaimana ke depannya bisa menambah jumlah sarjana atau insinyur yang nantinya bisa dipekerjakan atau dibutuhkan di industri dirgantara.

“Tentu saja men-develop atau membangun sarjana tidak mudah, tapi harus kita siapkan fasilitas, kita siapkan jumlah orang juga, dan dosen pun dengan kemampuan riset juga kita siapkan. Insya Allah di 2045 sebagai semuanya kan terjadi,” imbuhnya. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru