PERTANIAN - SUMBA. Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menyusun program perluasan kawasan Food Estate Sumba Tengah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dijadwalkan berlangsung hingga 2024.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan bahwa Food Estate adalah implementasi arahan Presiden Joko Widodo sebagai lumbung pangan baru di luar Jawa, untuk mendukung ketersediaan pangan bagi 273 juta rakyat Indonesia.
Kawasan Food Estate Sumba Tengah diresmikan Presiden Jokowi pada Februari 2021 didukung luas lahan 11.000 hektar, terdiri atas lahan yang telah ditanami padi seluas 5.400 hektar sementara 5.600 hektar ditanami jagung dan palawija.
"Dengan segala upaya, kita bersama yakinkan bahwa Sumba Tengah dan NTT tidak main-main mengubah kehidupan dan peradaban. Saya datang menangkap keseriusan. Sumba Tengah jangan mau kalah dengan daerah lain, apalagi dengan sesama daerah di NTT," kata Syahrul dalam siaran pers Kementan, Sabtu (28/5).
Baca Juga: Kementan Catat 20.723 Ekor Hewan Ternak Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada Kamis (26/5) di Kepulauan Sumba, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah (Pemkab) Sumba Tengah, Umbu Kalikut Pari melaporkan bahwa hasil panen dari kawasan food estate sangat menggembirakan.
Umbu KP menambahkan bahwa kehadiran Food Estate berdampak positif terhadap pembangunan sektor pertanian, karena meningkatkan produktivitas dan menambah frekuensi panen tanaman pangan menjadi dua kali dalam setahun.
"Petani di Sumba Tengah sudah memanen jagung dan sedang mempersiapkan lahan untuk menanam padi dan palawija," kata Umbu.
Dia mengapresiasi kinerja petani dan penyuluh serta kehadiran mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa yang mendampingi petani dalam pengembangan kawasan Food Estate Sumba Tengah.
Hama Serangga
Dalam kesempatan tersebut, Kadistan Umbu KP melaporkan tentang tantangan yang dihadapi petani saat ini adalah hadirnya belalang kembara alias locusta migratoria yang menyerang sekitar 30 hektar lahan pertanian di Sumba Tengah.
Belalang tersebut dikenal sebagai jenis yang persebarannya paling luas di dunia. Panjang tubuh antara 3,5 hingga 5,5 cm. Sayapnya berwarna kusam. Warna tubuh secara keseluruhan bervariasi. Ada hijau, cokelat, hijau kekuning-kuningan dan atau abu-abu.
Baca Juga: Mentan Klaim Jumlah Hewan Ternak yang Sembuh dari PMK Capai 2.630 Ekor
Serangga pemakan rumput ini berada banyak tempat, mulai dari sungai, stepa, lingkungan danau, hingga gurun. Apabila menyerang suatu wilayah, maka tanaman di wilayah tersebut akan terancam.
Belalang bisa membahayakan sawah padi, kapas, gandum, gandum hitam, jelai, oat, sorgum, hop, kedelai, kentang, tembakau, kubis, timun, semangka, melon, bunga matahari, hingga buah-buahan.
Dedi Nursyamsi mengaku sangat prihatin atas kondisi tersebut, dengan meninjau langsung salah satu lahan persawahan di Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan.
"Hewan ini bisa dimakan manusia. Belalang biasa dimakan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain itu, hama ini tinggi proteinnya, sehingga sangat cocok untuk pakan ternak seperti bebek, itik, ayam," katanya.