Kementan Dorong Petani Milenial Atasi Hama Belalang dengan Cara Ini

Sabtu, 28 Mei 2022 | 17:33 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Kementan Dorong Petani Milenial Atasi Hama Belalang dengan Cara Ini

ILUSTRASI. Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi [ke-2 kiri] mengamati habitat belalang kembara yang menyerang kawasan Food Estate Sumba Tengah di Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan, NTT.


PERTANIAN -  SUMBA. Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menyusun program perluasan kawasan Food Estate Sumba Tengah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dijadwalkan berlangsung hingga 2024. 

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan bahwa Food Estate adalah implementasi arahan Presiden Joko Widodo sebagai lumbung pangan baru di luar Jawa, untuk mendukung ketersediaan pangan bagi 273 juta rakyat Indonesia. 

Kawasan Food Estate Sumba Tengah diresmikan Presiden Jokowi pada Februari 2021 didukung luas lahan 11.000 hektar, terdiri atas lahan yang telah ditanami padi seluas 5.400 hektar sementara 5.600 hektar ditanami jagung dan palawija.

"Dengan segala upaya, kita bersama yakinkan bahwa Sumba Tengah dan NTT tidak main-main mengubah kehidupan dan peradaban. Saya datang menangkap keseriusan. Sumba Tengah jangan mau kalah dengan daerah lain, apalagi dengan sesama daerah di NTT," kata Syahrul dalam siaran pers Kementan, Sabtu (28/5).

Baca Juga: Kementan Catat 20.723 Ekor Hewan Ternak Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada Kamis (26/5) di Kepulauan Sumba, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah (Pemkab) Sumba Tengah, Umbu Kalikut Pari melaporkan bahwa hasil panen dari kawasan food estate sangat menggembirakan.

Umbu KP menambahkan bahwa kehadiran Food Estate berdampak positif terhadap pembangunan sektor pertanian, karena meningkatkan produktivitas dan menambah frekuensi panen tanaman pangan menjadi dua kali dalam setahun.

"Petani di Sumba Tengah sudah memanen jagung dan sedang mempersiapkan lahan untuk menanam padi dan palawija," kata Umbu.

Dia mengapresiasi kinerja petani dan penyuluh serta kehadiran mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa yang mendampingi petani dalam pengembangan kawasan Food Estate Sumba Tengah.

Hama Serangga

Dalam kesempatan tersebut, Kadistan Umbu KP melaporkan tentang tantangan yang dihadapi petani saat ini adalah hadirnya belalang kembara alias locusta migratoria yang menyerang sekitar 30 hektar lahan pertanian di Sumba Tengah. 

Belalang tersebut dikenal sebagai jenis yang persebarannya paling luas di dunia. Panjang tubuh antara 3,5 hingga 5,5 cm. Sayapnya berwarna kusam. Warna tubuh secara keseluruhan bervariasi. Ada hijau, cokelat, hijau kekuning-kuningan dan atau abu-abu.

Baca Juga: Mentan Klaim Jumlah Hewan Ternak yang Sembuh dari PMK Capai 2.630 Ekor

Serangga pemakan rumput ini berada banyak tempat, mulai dari sungai, stepa, lingkungan danau, hingga gurun. Apabila menyerang suatu wilayah, maka tanaman di wilayah tersebut akan terancam. 

Belalang bisa membahayakan sawah padi, kapas, gandum, gandum hitam, jelai, oat, sorgum, hop, kedelai, kentang, tembakau, kubis, timun, semangka, melon, bunga matahari, hingga buah-buahan.

Dedi Nursyamsi mengaku sangat prihatin atas kondisi tersebut, dengan meninjau langsung salah satu lahan persawahan di Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan. 

"Hewan ini bisa dimakan manusia. Belalang biasa dimakan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain itu, hama ini tinggi proteinnya, sehingga sangat cocok untuk pakan ternak seperti bebek, itik, ayam," katanya.

Dia pun mengurai kajian nutrisinya, dalam 100 gram belalang kering mengandung protein kasar 2%; lemak kasar 0,8%; karbohidrat 0,74%; serat kasar 1,7% sehingga dapat disimpulkan belalang kembara, nutrisinya tinggi".

Dedi Nursyamsi mengingatkan, saat terjadi serangan  belalang seperti saat ini maka mustahil untuk memakan belalang itu semuanya, karena populasinya datang terlalu banyak maka perlu antisipasi lebih awal. 

Strategi Pengendalian

Kementan, menurutnya, telah memiliki Gugus Tugas Pengendalian Belalang atas  bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Udayana Denpasar serta beberapa perguruan tinggi mitra lainnya.

Baca Juga: Bertanggungjawab Penuhi Kebutuhan Pangan, Kementan Perkuat Peran Humas

"Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hama belalang ini, antara lain melakukan biocontrol dengan menyemprotkan penyakit (patogen insect) pada serangga di lahan yang terserang hama," kata Dedi Nursyamsi.

Dia kembali mengingatkan untuk mengenali karekteristik lahan diikuti langkah monitoring dan evaluasi  secara ketat, sehingga daerah yang belum terdampak akan aman. Langkah konkrit yang mudah dilakukan adalah mengolah belalang sebagai sumber protein yang dapat dikonsumsi masyarakat selain untuk pakan ternak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli
Terbaru