SAMARINDA. Petani lada putih di Provinsi Kaltim bergairah karena harga jual lada khas daerah itu itu terus naik, yakni dari sebelumnya yang hanya Rp 60.000 per kilogram, naik menjadi Rp 120.000 pada pertengahan 2014, dan saat ini naik lagi menjadi Rp 125.000 per kg.
"Adanya kenaikan harga lada putih ini, kami optimis mampu mengembalikan kejayaan lada khas Kaltim, karena petani kembali bergairah mengurus kebun seiring terus naiknya harga jual lada," ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim Etnawati di Samarinda, Sabtu.
Apalagi lada tersebut merupakan plasma nutfah asli daerah Kaltim yang diusulkan untuk dijadikan benih unggul nasional itu, mampu memicu semangat pekebun lada di yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota.
Dia juga mengatakan lada putih asal Kaltim sudah lama terkenal di dunia, selain lada putih asal Bangka (Munthok white pepper), maupun lada hitam asal Lampung (Lampung black pepper).
Menurutnya, lada di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah lama dikenal dan dikembangkan oleh rakyat secara turun menurun.
Sekitar tahun 1980-an dan sebelum tahun itu, komoditi lada Kaltim merupakan salah satu komoditi ekspor Kalimantan Timur yang yang dikenal dengan mutu white pepper Samarinda.
Setelah harga komoditi tersebut jatuh di pasaran dunia sampai pada titik yang paling rendah dan bencana kebakaran lahan serta kemarau panjang yang melanda Kalimantan Timur tahun 1982, produksi lada di Kaltim menurun secara drastis sehingga sejak saat itu Kaltim tidak lagi tercatat sebagai pengekspor lada.
Dalam beberapa tahun ini dalam upaya mengembalikan kejayaan lada Kaltim, pertanaman lada rakyat kembali diintensifkan, terlebih dipicu adanya kenaikan harga yang cukup signifikan di pasaran dunia sehingga petani lada semakin bergairah dalam mengembangkannya.
Saat ini, areal tanaman lada di Kaltim tersebar di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Berau, dan sebagian kecil di Kota Samarinda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News