Kopi Papua butuh perhatian Kemtan

Minggu, 03 Juli 2016 | 12:12 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Kopi Papua butuh perhatian Kemtan


Jakarta. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua meminta pemerintah pusat untuk mengembangkan pertanian kopi di daerahnya. Pasalnya, perkebunan kopi merupakan salah satu andalan penggerak perekonomian Papua saat ini.

Potensi pengembangan kopi Papua pun cukup besar. Lahan areal kopi di ujung timur Indonesia ini pada tahun 2015 seluas 10.113 hektare (ha).

Lahan tersebut menghasilkan produktivitas rata-rata 438 kilogram (kg) per ha. Sentra kopi Papua adalah di Kabupaten Jayawijaya yang memiliki luas lahan 3.091 ha.

Sementara sisanya tersebar di sejumlah kabupaten yakni Kabupaten di pegunungan Bintang, Pegunungan Puncak Jaya, Yahukimo, Puncak, Paniai, Tolikara, Lanny Jaya, Intan Jaya, Dogiyai, Nduga dan Mimika. Pengembangan kopi Papua ini mendesak dilakukan agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Papua yang selama ini terabaikan.

Gubernur Papua Lucas Enembe mengatakan jika ingin membangun Papua, maka yang perlu dibangun adalah pengembangan perkebunan kopi dan bukan hanya infrastruktur saja. Dengan perekonomian yang baik, maka pemeirntah dapat mengentaskan kemiskinan dan konflik yang kerap melanda tanah Papua.

“Kalau ingin menyejahterakan masyarakat gunung, maka kembangkan kopi. Dengan kopi masyarakat Papua bisa mendapatkan penghasilan yang menarik sehingga kesejahteraan lebih baik. Serta membuka interaksi orang gunung dengan orang luar,” kata Lucas, Minggu (3/7).

Lucas mengatakan sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kemtan) abai terhadap pengembangan kopi di Papua. Ia menuding, Kemtan lebih fokus mengembangan pertanian padi, jagung dan kedelai.

Padahal yang dinamakan pertanian tidak hanya komoditas itu saja, tapi perkebunan juga. Apalagi komoditas perkebunan menjadi penyumbang devisa terbesar negara, salah satunya adalah kopi.

“Kabarnya pemerintah pusat akan memberikan perhatian pada kopi, tapi sampai sekarang tidak ada realisasinya. Sementara Kementan fokusnya hanya pangan melulu,” keluh Lucas.

Memang, lanjut Lucas bahwa pemerintah perlu mencapai swasembada pangan, tapi bagaimana masyarakat bisa membeli makanan kalau tidak mempunyai sumber penghasilan yang menarik. Sehingga dalam hal ini diperlukan dukungan puuntuk dapat mengembangkan kopi organik di Papua agar bisa menghasilkan biji kopi specialty.

Kepala Dinas Perkebunan Papua John D. Nahumury menambahkan bahwa kopi Papua cukup diminati di dalam dan luar negeri termasuk juga untuk memenuhi kebutuhan gerai kopi Starbucks.

Terbukti, saat ini permintaan akan kopi Papua dari kalangan pemilik café ataupun eksportir dari Jakarta dan Surabaya cukup besar. Bahkan, pemerintah Polandia menyatakan minatnya untuk mendapatkan kopi Papua sebagaimana disampaikan wakil kedutaan besar Polandia untuk Indonesia saat kunjungan ke Papua beberapaa waktu lalu.

“Hanya saja supply biji kopi yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Itu sebabnya pemerintah daerah fokus pada pengembangan kopi karena pasarnya sudah tersedia,” risau John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto
Terbaru