Dedi mengatakan, dengan usaha ini, dirinya mendapat omzet sekitar Rp 40 juta per bulan dengan laba bersih sekitar Rp 4 juta sampai Rp 6 juta.
Dengan omzet sebesar itu, dirinya saat ini mempekerjakan 3 orang karyawan dan 7 nelayan. Karyawan mengatur operasional ikan hias. Sementara nelayan mencari ikan hias mulai dari kedalaman sekitar 1,5 meter hingga 5 meter.
Nelayan yang mencari ikan hias ini pun dilengkapi safety dalam mencari dan bagaimana menangkap ikan hias sesuai standar yang berlaku. "Kami meninggalkan cara-cara tradisional sejak sekitar 2003 - 2004," ujar dia.
Lebih lanjut, Ia bilang tren penjualan ikan hias akan meningkat ketika memasuki musim dingin, begitupun sebaliknya.
Baca Juga: Melihat perjalanan suaka si maskot Jakarta di Pulau Kotok
Senada, Kamid (67) pemasok ikan hias lainnya di Pulau Panggang mengatakan, kualitas menjadi salah satu kunci utama agar ikan hias diterima pasar ekspor. "Satu sirip saja tidak ada, pasar ekspor tidak mau menerima," ujar Kamid.
Kamid memasok ikan hias untuk ekspor ke Pondok Aren Tangerang Selatan. Sedangkan untuk pasar lokal, dirinya memasok ikan hias ke Pasar Anyar Tangerang.
Dedi melakukan pengiriman ikan hias sekali dalam seminggu. Dalam setiap pengiriman, dirinya mampu mengirim ikan hias sekitar ratusan ikan hias dengan harga yang bervariasi antara Rp 2.500/ekor sampai Rp 150.000/ekor.
Ikan hias pasokan darinya diekspor ke Asia seperti Singapura, Hongkong dan Arab Saudi. "Omzetnya sekitar Rp 16 juta per bulan," ungkap dia.
Baca Juga: Greenpeace: Buruknya kualitas udara Jakarta, bergantung komitmen pemerintah daerah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News