Kualitas jadi kunci sukses tembus penjualan ikan hias di pasar Eropa

Minggu, 18 Agustus 2019 | 16:03 WIB   Reporter: Vendi Yhulia Susanto
Kualitas jadi kunci sukses tembus penjualan ikan hias di pasar Eropa

ILUSTRASI. Ikan Hias Termahal di Dunia - Bladefint Basslet


JELAJAH EKONOMI KONTAN - JAKARTA. Kualitas merupakan elemen penting bagi jalannya suatu bisnis. Terlebih bagi UMKM maupun pengusaha yang akan memasarkan produknya ke pasar ekspor.

Junaidi (45) warga Pulau Panggang yang menekuni usaha ikan hias mengakui, kualitas menjadi kunci utama agar ikan hias diterima untuk merambah pasar ekspor.

Pria yang juga merupakan dokter Puskesmas di Pulau Harapan ini mulai menekuni usaha penjualan ikan sejak tahun 2000 ketika diajari kakak iparnya. Awalnya, usaha yang dilakukannya terbilang skala kecil, lambat laun dirinya mulai menjadi pemasok ikan hias bagi eksportir kurang lebih sejak tahun 2005.

Sejak saat itu, dirinya memasok ikan hias sesuai pesanan dari eksportir dan harganya merupakan harga kesepakatan antara kedua belah pihak.

Baca Juga: Menggiatkan kembali produksi keripik sukun di Pulau Tidung

Tidak hanya itu, karena kerjasama tersebut, dirinya juga mendapat bantuan senilai Rp 200 juta untuk membangun fasilitas ikan hias. "10% dari penjualan dipotong dan sudah lunas setelah 3 tahun," ungkap dia.

Pria yang kerap disapa Dedi ini mengatakan, dirinya dapat mengirim ikan hias sebanyak 3 sampai 4 dalam seminggu. Setiap kali pengiriman, Ia mengirim 1.000 sampai 1.500 ekor ikan hias. Harga setiap ikan hias bervariasi, mulai dari Rp 2.500/ekor sampai Rp 150.000/ekor.

Ikan dengan harga Rp 2.500/ekor merupakan ikan jenis betok dan bunglon. Sementara ikan dengan harga Rp 150.000/ekor merupakan ikan jenis merakan. "Harga fluktusi tergantung kondisi ekonomi dalam negeri," ungkap dia.

Dalam setiap kali pengiriman omzet yang didapatnya berkisar Rp 4 juta - Rp 5 juta. Dedi memasok ikan hias ke wilayah Serpong, Dadap dan Bintaro. "Mereka (eksportir) mengekspor ke Eropa antara lain Inggris dan juga Brazil," ucap Dedi.

Baca Juga: Inilah cara Pertamina proteksi tumpahan minyak dan upaya ganti rugi ke warga

Dedi mengatakan, dengan usaha ini, dirinya mendapat omzet sekitar Rp 40 juta per bulan dengan laba bersih sekitar Rp 4 juta sampai Rp 6 juta.

Dengan omzet sebesar itu, dirinya saat ini mempekerjakan 3 orang karyawan dan 7 nelayan. Karyawan mengatur operasional ikan hias. Sementara nelayan mencari ikan hias mulai dari kedalaman sekitar 1,5 meter hingga 5 meter.

Nelayan yang mencari ikan hias ini pun dilengkapi safety dalam mencari dan bagaimana menangkap ikan hias sesuai standar yang berlaku. "Kami meninggalkan cara-cara tradisional sejak sekitar 2003 - 2004," ujar dia.

Lebih lanjut, Ia bilang tren penjualan ikan hias akan meningkat ketika memasuki musim dingin, begitupun sebaliknya.

Baca Juga: Melihat perjalanan suaka si maskot Jakarta di Pulau Kotok

Senada, Kamid (67) pemasok ikan hias lainnya di Pulau Panggang mengatakan, kualitas menjadi salah satu kunci utama agar ikan hias diterima pasar ekspor. "Satu sirip saja tidak ada, pasar ekspor tidak mau menerima," ujar Kamid.

Kamid memasok ikan hias untuk ekspor ke Pondok Aren Tangerang Selatan. Sedangkan untuk pasar lokal, dirinya memasok ikan hias ke Pasar Anyar Tangerang.

Dedi melakukan pengiriman ikan hias sekali dalam seminggu. Dalam setiap pengiriman, dirinya mampu mengirim ikan hias sekitar ratusan ikan hias dengan harga yang bervariasi antara Rp 2.500/ekor sampai Rp 150.000/ekor.

Ikan hias pasokan darinya diekspor ke Asia seperti Singapura, Hongkong dan Arab Saudi. "Omzetnya sekitar Rp 16 juta per bulan," ungkap dia.

Baca Juga: Greenpeace: Buruknya kualitas udara Jakarta, bergantung komitmen pemerintah daerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Handoyo .

Terbaru