Lima daerah di Jatim jadi zona kuning, Khofifah beri hadiah 100 motor trail ke aparat

Sabtu, 13 Juni 2020 | 18:15 WIB   Reporter: Barly Haliem
Lima daerah di Jatim jadi zona kuning, Khofifah beri hadiah 100 motor trail ke aparat

ILUSTRASI. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan koordinasi dengan jajaran Forkopimda Jatim diantaranya Kapolda Jatim dan Pangdam V Brawijaya.


DAMPAK VIRUS CORONA - JAKARTA. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memberikan hadiah berupa 100 unit motor trail kepada lima Komando Distrik Militer (Kodim) dan lima Kepolisian Resor (Polres) yang berhasil menurunkan status risiko penyebaran Covid-19 menjadi zona kuning dari sebelumnya berstatus zona merah.

Kelima daerah tersebut adalah Kabupaten Trenggalek, Kota Pasuruan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Lumajang, dan Kota Blitar. Masing-masing Kodim dan Polres memperoleh 10 unit motor trail. 

Seperti diketahui, pemerintah pusat membagi risiko kenaikan kasus Covid-19 menjadi empat, yaitu zona merah (risiko tinggi), zona oranye (risiko sedang), zona kuning (risiko rendah) dan zona hijau (tidak terdampak).

Baca Juga: Sudah 2.117 pasien corona di Jatim sembuh dan tingkat kesembuhan tembus 29,35%

"Ini bagian dari apresiasi Pemprov Jatim kepada TNI/Polri yang sudah kerja keras, bahu membahu memutus mata rantai penularan Covid-19 di Jatim," ungkap Khofifah dalam keterangan tertulis yang Kontan.co.id terima Sabtu (13/6) usai memberikan pengarahan kepada jajaran Korem, Kapolres, dan Dandim se-Jatim di Gedung Balai Prajurit Makodam V/Brawijaya, Jumat (12/6).

Baca Juga: Dari 38 daerah, zona merah di Jawa Timur tinggal tersisa 11 daerah

Hadir dalam acara tersebut Pangdam V/Brawijaya, Mayjend TNI Widodo Iryansyah, dan Kapolda Jatim Irjen Pol M Fadil Imran serta Sekda Prov Jatim Heru Tjahyono.

Baca Juga: Akhiri pembatasan sosial, Surabaya Raya mulai memasuki transisi menuju new normal

Menurut Khofifah, bukan perkara  mudah mengedukasi sekaligus menggugah kesadaran masyarakat untuk bersama-sama melawan Covid-19. 

Mengingat tidak sedikit masyarakat yang belum paham apa itu Covid-19 dan akibat serta bahaya yang ditimbulkan. Termasuk diantaranya, bagaimana cara pencegahannya. Tidak heran, kata dia, jika masyarakat banyak yang menyepelekan pandemi ini. 

"Covid-19 ini kan virus baru, sementara kita berburu dengan waktu agar mata rantai penularannya bisa putus. Nah, peran mengedukasi masyarakat inilah yang banyak diperankan oleh para anggota TNI/Polri. Khususnya, melalui program Kampung Tangguh," imbuhnya. 

Khofifah mengatakan, perubahan status zona di lima kabupaten/kota tersebut menjadi bukti bahwa program Kampung Tangguh yang ada 637 kampung berhasil menurunkan kurva penularan Covid-19. Faktor pendorong utama adalah keterlibatan penuh masyarakat berbasis RT-RT yang kemudian direkatkan oleh RW. 

"Sehingga rentang kendalinya atau spent of control-nya sangat bergantung kepada Dandim, dan Kapolres sampai dengan babinsa dan babinkabtibmas setempat," ujarnya.

Lebih lanjut, Khofifah meminta kepada seluruh jajaran TNI/Polri di Jatim untuk terus memperkuat dan memperluas kampung tangguh melalui maksimalisasi dari koordinasi, konsolidasi, dan sinergitas di lini paling bawah. 

Penguatan kampung tangguh ini, tambah Khofifah, menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan Jatim, dalam menangani pandemi Covid-19. 

Berdasarkan data dari infocovid19.jatimprov.go.id per 12 Juni 2020, attack rate atau tingkat serangan Covid-19 di Jatim masih berada pada angka 14,5 . Sementara  Surabaya menjadi wilayah yang paling berisiko dengan attack rate nya mencapai 107,6. Artinya, setiap 100.000 populasi warga Surabaya, sebayak 107 diantaranya  berisiko positif Covid-19.

Sementara itu, penambahan kasus positif Covid-19 mingguan di Jatim mencapai 1.090 orang, sementara jumlah total kasus mencapai 7.213 orang, kasus sembuh 2117 atau 29, 35%, dan kasus meninggal mencapai 588 (8,15%). 

"Meski sudah penyebaran virus mulai terkontrol, dan mulai banyak zona merah turun menjadi zona kuning di Jatim, maka saya berpesan pada masyarakat, Jatim ini belum aman. Meski sudah masuk transisi new normal, bukan berarti pelonggaran seluas-luasnya, yang kemudian justru membuat euforia di masyarat. Kita harus tetap disiplin menegakkan protokol kesehatan sehingga tidak ada second wave penularan di Jatim," pungkas Khofifah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon
Terbaru