BMKG - Beberapa warganet di media sosial X menyoroti hujan yang masih mengguyur wilayah Indonesia pada April 2025.
Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa sebagian wilayah Indonesia memasuki awal musim kemarau mulai April 2025.
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (14/3/2025), wilayah tersebut mencakup Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penyebab hujan masih terjadi pada April 2025
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, wilayah Indonesia masih berpotensi dilanda hujan mulai Jumat (4/4/2025) hingga Kamis (10/4/2025).
Berikut penjelasannya:
1. Kemunculan Madden-Julian Oscillation (MJO) spasial dan gelombang Kelvin, Rossby Ekuator serta Low Frequency
Andri menjelaskan, MJO secara spasial diprediksi aktif di Laut Andaman, perairan utara Sabang, Aceh bagian utara, Kalimantan Selatan, Selat Makassar bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, Teluk Bone, Laut Banda, dan Laut Arafuru.
Kombinasi MJO dan gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, serta Low Frequency di beberapa lokasi.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jawa Timur Paling Baru: Surabaya, Madiun, Malang dan Wilayah Lain
Wilayah tersebut mencakup Laut Natuna Utara, Kalimantan Utara, Selat Makassar bagian utara, Sulawesi Utara, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Maluku Utara, dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
“Sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut,” ujar Andri dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (4/4/2025).
2. Sirkulasi siklonik dan konvergensi
Sementara itu, sirkulasi siklonik yang berada di Samudra Hindia barat daya Lampung, perairan barat laut Aceh, Laut Natuna, Samudra Hindia Tenggara NTT, dan Maluku Utara membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi).
Fenomena tersebut memanjang dari Sumatera bagian barat hingga selatan, Laut Natuna, Laut Halmahera hingga Sulawesi Utara, dan Maluku hingga Papua Barat Daya.
Konvergensi juga terpantau memanjang di perairan barat daya Aceh, Selat Malaka, Kalimantan Barat hingga Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat hingga perairan Maluku, dan Kepulauan Papua.
Baca Juga: BMKG Mencatat Gempa Magnitudo 5,0 Terasa di Cilacap, Pacitan, dan Pangandaran