Maudu Lompoa dan Bungo Lado, tradisi Maulid Nabi di Sumbar dan Sulsel

Kamis, 29 Oktober 2020 | 14:35 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Maudu Lompoa dan Bungo Lado, tradisi Maulid Nabi di Sumbar dan Sulsel


Tradisi Bungo Lado di Padang Pariaman


Bungo Lado, tradisi Maulid Nabi di Padang Pariaman

Di Sumatra Barat tepatnya di Padang Pariaman dikenal tradisi bungo lado.

Dirangkum dari laman Indonesia.go.id, secara etimologi, bungo lado berasal dari bahasa Minang. Bungo artinya bunga, lado artinya lada atau cabe. Secara denotasi bermakna bunga cabe. 

Tapi konotasi bungo lado ialah “pohon uang”. Tradisi perayaan Maulid Nabi ini dilakukan dengan cara membuat semacam pohon hias yang dihiasi oleh uang-uang kertas.

Perayaan dikoordinir oleh kapalo mudo atau ketua para pemuda. Lazimnya dilakukan oleh ketua Karang Taruna.

Baca Juga: 133 Kantor cabang Bank Mandiri masih beroperasi saat libur cuti bersama

Kapalo mudo mengordinir masyarakat desa yang hendak mendonasikan uang mereka untuk perayaan tradisi Bungo Lado. Uang-uang tersebut dikumpulkan di tempat-tempat keramaian atau strategis seperti pos ronda hingga warung milik warga.

Setelah uang terkumpul, kapalo mudo berkoordinasi dengan perwakilan masyarakat untuk mencari dan menghias ranting-ranting pohon menjadi pohon uang. 

Uang yang terkumpul bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Selanjutnya, bungo lado diarak menuju salah satu masjid atau surau. 

Uang tersebut disumbangkan untuk surau guna menambah dana kegiatan keagamaan. Selain bungo lado, prosesi arakan juga disertai tersajinya makanan khas bernama jamba, yang dimasak oleh masyarakat desa.

Selanjutnya: ​Keunikan Pulau Bungin, pulau terpadat di Indonesia

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru