KONTAN.CO.ID - Suara alunan musik yang keluar dari bambu tada memecah keheningan kawasan hutan mangrove di Desa Kobe, Weda Tengah, Halmahera Tengah, Maluku Utara, Sabtu pagi (15/11).
Sumbernya dari delapan murid SD Negeri Kobe yang memainkan alat mudik tradisional yang terbuat dari bambu asal Halmahera Tengah itu. Tiga lainnya memetik gitar kecil.
Sebelumnya, pemandangan yang langka melihat anak-anak memainkan bambu tada. Hanya orang dewasa yang memainkan alat musik yang mengeluarkan bunyi-bunyian khas bambu ini.
Anak-anak kembali bermain bambu tada tak lepas dari upaya PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) melestarikan budaya setempat sebagai bagian dari program tanggungjawab sosial perusahaan.
Desa Kobe merupakan salah satu desa binaan pengelola kawasan industri terintegrasi pertama di Indonesia yang berfokus pada pengolahan nikel dan hilirisasi industri berbasis nikel ini.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Daerah, Nilai Kerjasama IWIP dan WBN dengan UMKM Lokal Rp 4,4 Triliun
"Kami ingin melestarikan bambu tada dengan melatih anak-anak SD memainkan alat musik tradisional ini," kata Fuad Albar, Deputy Manager EOP IWIP, di Desa Kobe, Sabtu (15/11).
Dan, bambu tada tahun ini diakui sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) kategori ekspresi budaya tradisional dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum.
Anak-anak Desa Kobe yang bermain bamu tada tergabung dalam Kelompok Bambu Tada Desa Kobe. "Kami pernah tampil di acara kabupaten," sebut Fredich Mamesah, Ketua Kelompok Bambu Tada Desa Kobe.
Bambu tada awalnya digunakan untuk hiburan oleh petani saat berada di ladang atau kala bersama keluarga di rumah. Kini, sering dimainkan dalam acara-acara adat, seperti pernikahan atau syukuran.
Selain budaya, IWIP juga melestarikan hutan bakau alias mangrove yang ada di pesisir Desa Kobe. Apalagi, tak sedikit dari areal hutan bakau di kampung ini yang mengalami kerusakan.
"Dulu, banyak masyarakat yang menebang pohon bakau untuk diambil kayunya sebagai kayu bakar," ungkap Lambertus Hasan, Kepala Desa Kobe.

Baca Juga: Hilirisasi di Weda Bay Dorong Ekonomi Maluku Utara Melesat 32%
Untuk merehabilitasi lahan mangrove, Fuad mengatakan, IWIP melibatkan masyarakat Desa Kobe dengan menggelar pelatihan penanaman mangrove. Pelatihan ini juga sebagai bagian dari program penanaman satu juta mangrove IWIP.
Peserta pelatihan memperoleh materi mengenai tata cara penanaman, jenis-jenis mangrove, perawatan, hingga memilah bibit yang baik. Termasuk, cara membudidayakan mangrove.
Itu sebabnya, di Desa Kobe terdapat nursery, tempat untuk memproses benih menjadi bibit tanaman yang siap tanam. Menurut Fuad, hasil budidaya, selain untuk ditanam di Hutan Mangrove Desa Kobe, juga dijual ke IWIP.
Ketua Kelompok Penanaman Mangrove Desa Kobe Fredich Mamesah menguangkapkan, total ada 1,5 hektare lahan yang ditanam mangrove Kembali di kawasan hutan mangrove Desa Kobe akibat mengalami kerusakan.
Ke depan, Lambertus Hasan menambahkan, pihaknya bersama IWIP akan mengembangkan kawasan hutan mangrove Desa Kobe sebagai tempat wisata. Ia bilang, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah siap membangun akses jalan.
"Sementara IWIP akan membantu membangun jembatan yang menjorok ke laut untuk menikmati keindahan hutan mangrove di Desa Kobe," imbuh Fuad.
Menjaga hutan mangrove, melestarikan bambu tada Halmahera Tengah.
Selanjutnya: 3 Drama Korea Terbaru Viral di November 2025, Ada yang Tayang di Netflix
Menarik Dibaca: Ini Cara Bank Sampah dan Wings Dorong Pilah Sampah di Masyarakat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News