DENPASAR. Bali meraup devisa sebesar 47,447 juta dolar AS dari pengapalan berbagai jenis matadagangan ke pasaran luar negeri selama bulan Maret 2016, meningkat 17,64 persen dibanding Februari 2016 yang tercatat 40,33 juta dolar AS.
"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan devisa itu menurun 6,36 persen, karena Maret 2015 mengantongi sebesar 50,71 juta dolar AS," kata Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Nyoman Subadri di Denpasar, Kamis (5/5).
Ia mengatakan, nilai ekspor Bali selama tiga bulan periode Januari-Maret 2016 sebesar 123,97 juta dolar AS, menurun 4,41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 129,68 juta dolar AS.
Bali mengapalkan berbagai jenis matadagangan melalui sejumlah pelabuhan laut di Indonesia selama bulan Maret 2016 mengantongi devisa sebesar 47,44 juta dolar AS.
Nyoman Subadri menambahkan, lima komoditas utama yang menembus pasaran luar negeri itu terdiri atas produk ikan dan udang sebesar 25,37 persen, menyusul produk pakaian jadi bukan rajutan 12,98 persen dan produk perhiasan (permata) 12,89 persen.
Selain itu juga mengapalkan produk kayu dan barang dari kayu 9,50 persen serta produk perabot dan penerangan rumah 7,25 persen.
Nyoman Subadri menjelaskan, berbagai jenis komoditas andalan Bali menembus pasaran mancanegara, paling banyak diserap oleh pasaran Amerika Serikat 23,76 persen, menyusul Jepang 8,98 persen, Australia 8,42 persen, China 5,91 persen dan Singapura 5,91 persen.
Ekspor berbagai jenis komoditas dari Bali ke pasaran luar negeri itu paling banyak melalui pelabuhan laut di Jawa Timur yang mencapai 52,19 persen, pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali 46,71 persen, pelabuhan di DKI Jakarta 1,04 persen dan Jawa Tengah 0,06 persen.
Meningkatnya nilai ekspor Bali tersebut dipengaruhi oleh naiknya nilai ekspor tujuan Australia yang mencapai 1,74 juta dolar AS atau bertambah 77,55 persen.
Peningkatan yang cukup menggembirakan juga tujuan Amerika Serikat sebesar 1,22 juta dolar AS, Jepang 1,17 juta dolar AS, China 736.250 dolar AS dan Pilipina 573.482 dolar AS, ujar Nyoman Subadri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News