PERDAGANGAN - JAKARTA. Pengelola toko baju bekas alias thrift shop di Pasar Baru Jakarta masih tertatih mengembalikan performa penjualan pasca masa pandemi Covid-19. Di Pasar Baru sendiri, area khusus toko pakaian bekas impor alias thrift zone berpusat di lantai tiga dan empat.
Di kawasan ini terdapat kurang lebih 200 toko yang menjual berbagai macam pakaian bekas impor, mulai untuk laki-laki maupun perempuan, untuk jenis pakaian kasual hingga formal. Harga yang dibanderol pun sangat murah, mulai dari Rp10.000 hingga Rp100.000 per pakaian.
Penjaga toko Markas Jack Fadli menuturkan, per harinya pengunjung toko berkisar 30 sampai 60 orang. Pada masa akhir minggu atau weekend pengunjung yang datang bisa mencapai 100 orang atau lebih.
Baca Juga: 5 Hal yang Tak Boleh Dilakukan saat Mencuci Pakaian di Mesin Cuci
"Untuk omzet per bulan tergantung ramai atau tidaknya pengunjung. Di sini, rata-rata omset sekitar Rp50 juta per bulan," terang Fadli saat disambangi oleh Kontan.co.id, Rabu (14/9).
Fadli menuturkan tidak mengetahui biaya pembukaan toko alias modal yang diperlukan sebab yang mengetahui adalah pemilik toko. Dia mengatakan toko ini buka setiap hari mulai dari pukul 9 pagi hingga 10 malam.
Toko ini juga terus memperbaharui koleksinya setiap hari. Hal ini untuk membuat pilihan beragam pada pelanggan. Adapun pasokan pakaian ini didapatkan dari Pasar Senen dan sekitarnya.
Fadli merasakan setelah pandemi, performa penjualan menurun dan tidak seramai sebelum Covid-19 melanda. Pada masa peak season seperti Lebaran dan akhir tahun, pihaknya masih rasakan penjualan tinggi walau tidak seperti masa sebelum pandemi. Di masa terbaiknya dulu, toko ini bisa meraih penjualan lebih dari Rp100 juta per minggu.
"Bisnis thrift shop ini sangat potensial dan sudah sangat besar sekarang, pemainnya banyak. Jadi, susah. Tapi kami masih mau di sini, sudah kuat soalnya," ujarnya.
Sementara itu, penjaga toko Ambon Import, yang enggan disebut namanya turut menyebutkan jika saat ini pemain di bisnis thrift shop semakin banyak sehingga persaingan makin ketat.
"Saat ini mendapat Rp1 juta per hari saja sulit. Pemain sudah banyak, belum lagi di media sosial. Ada yang membeli di sini Rp35.000 dan jual Rp100.000," ujarnya kepada Kontan.
Baca Juga: Menelusuri Bisnis Pakaian Bekas di Blok M Square
Dia lebih jauh menjabarkan bisnis thrift shop menjamur di masa pandemi salah satunya disebabkan karena kebangkrutan yang dialami pedagang baju di Tanah Abang. Hal ini ditambah dengan "gentrifikasi" bisnis thrift shop oleh anak muda melalui media sosial yang mengambil untung banyak.
Dia mengatakan sebelum pandemi, pihaknya bisa mendapat omset Rp2 juta sampai Rp8 juta per hari. Saat ini, pihaknya sangat jarang bisa lampaui Rp1 juta.
Melihat hal ini, penjaga toko biasanya lakukan pelayanan baik kepada pelanggan dengan memberikan snack dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
"Untuk modal, ini tidak terlalu banyak. Yang dibutuhkan memang menyewa tempat. Kami ambil pakaian dari Korea dan Jepang, dari Pasar Senen juga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News